TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Itu satu pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Karena ini sudah puluhan tahun pertanyaan tentang persepakbolaan kita."
Begitu jawaban Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat ditanya wartawan tentang bagaimana cara agar Timnas Indonesia tak terus gagal, seusai nonton bareng final Piala AFF, Indonesia versus Thailand, di rumah dinas, Jalan Diponegoro no 2, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/12/2016) malam.
Final Piala AFF antara Timnas Indonesia versus Thailand Sabtu malam berakhir dengan skor 2-0 atau agregat 3-2 untuk kemenangan Thailand.
Thailand kembali menjadi juara kompetisi antar-negara se-Asia Tenggara dua tahunan ini untuk kali kelima. Sementara, Indonesia kembali menjadi spesialis runner-up untuk kali kelima.
Dari kacamata JK, kembali gagalnya timnas Indonesia kali ini tidak terlepas karena beberapa faktor, di antaranya kemampuan pemain hingga minimnya lapangan untuk anak atau calon pemain Indonesia.
"Apa itu sepakbola? Yaitu, olahraga di lapangan (seluas) kira-kira 1 hektar, selama 90 menit dan dimainkan 22 orang. Jadi, rata-rata tiap orang bermain hanya 4 menit pegang bola. Lalu, 87 menit sisanya ke mana? Yah, lari sambil berpikir," ujar Kalla.
"Persoalannya sekarang, di mana sekarang anak-anak itu bisa lari sambil berpikir di kota-kota? (Jawabannya) memang tidak ada lapangan. Dulu main di kampung ada lahan. Jadi, itu masalah utama kita," sambungnya.
Meski kecewa dan sedih, JK mengapresiasi semangat dan perjuangan para pemain timnas Indonesia saat menghadapi Thailand.
"(Momen pertandingan yang paling berkesan) iya waktu penalti itu. Luar biasa Kurnia Meiga," ucap Kalla.
Apakah Timnas Indonesia selaku runner-up Piala AFF kali ini akan mendapatkan bonus?
"Saya tidak tahu. Tentu ada, tapi tidak sebesar itu," tukasnya.
Sebelumnya Presiden Jokowi menyampaikan, menyiapkan dana Rp 12 miliar untuk pemain Timnas Indonesia jika mampu menjadi juara Piala AFF. Namun, takdir berkata lain karena Timnas Indonesia dihempaskan Thailand untuk kali kelima di laga final Piala AFF.