TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Sosial (Mensos) RI, Khofifah Indar Parawansa dalam sambutanya pada Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tahun 2016 dengan lancar menyampaikan salam ciri khas Kalimantan Tengah dan menjelaskan maknanya, dimana salam tersebut syarat dengan makna yang sangat luar biasa.
“Adil Katalino Bacuramin Kasaruga Basengaat Kajubata,” yang kira-kira diartikan, “Adil Terhadap Sesama Manusia Pedoman Pada Surga Bernapas Pada Tuhan.”
Dengan semangat adil terhadap sesame inilah yang mendorong Kemenitrian Sosial mencanangkan gerakan One Day One Care atau Sehari Berbagi Satu Orang Satu. One Day One Care merupakan gerakan untuk berbagi kepada sesama baik dilingkungan terdekat atau dimanapun manusia berada.
Mensos menyakini dengan semangat berbagi yang ditanamkan dalam diri setiap warga mampu membuat bangsa Indonesia bisa menyelesaikan berbagai persoalan dan ancaman perpecahan bangsa. Untuk itu, semua pihak agar kesetiakawanan sosial dapat dilakukan mulai dari hal yang paling sederhana.
"Saya meyakini apabila nilai-nilai kejuangan yang disemangati kesetiakawanan sosial tumbuh berkembang dengan baik, Indonesia akan menjadi negara yang hebat," katanya
Dalam sambutan Khofifah Indar Parawansah juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Presiden RI Joko Widodo didampingi Ibu Iriana Widodo yang sudah berkenan hadir pada kegiatan HKSN di Kota Palangka Raya Provinsi Kalteng dengan tema “Kerja Nyata menuju Indonesia Sejahtera”.
“Kesetiakawanan Sosial merupakan salah satu kekuatan yang sangat dasyat, bahkan melebihi ketajaman puru dan bambu runcing. Karena kekuatan kesetiakawanan sosial tidak terletak pada hebatnya senjata yang digunakan dalam peperangan,” jelas Kofifah.
Khofifah melanjutkan, kekuatan yang hakiki adalah jiwa yang disemangati oleh rasa senasib seperjuangan yang disajikan dalam bentuk perlawanan moral kepada para penjajah.
Kegiatan HKSN, terang Kofifah kembali, merupakan refleksi atas kejadian Yogyakarta pada tanggal 20 Desember tahun 1948 lalu, yang melatarbelakangi persitiwa bersejarah dari seluruh lapisan masyarakat dalam mempertahankan kedaulatan negara.
“Mari menjaga roh kesetiakawanan sosial agar tetap tertanam dalam pola pikir, gerak dan kerja nyata kita, dimana format kesetiakawanan dapat dijalankan baik dalam bentuk politik, ekonomi, sosial dan budaya. Serta hal-hal kecil dalam keluarga dengan sikap toleransi, saling menyangi, menghormati dan saling tolong menolong,” pungkasnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menjaga kesetiakawanan sosial sebagai nilai asli bangsa Indonesia. Tak hanya membicarakannya semata, namun benar-benar bertindak secara nyata dalam mewujudkan nilai tersebut. Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Puncak Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, pada Selasa, 20 Desember 2016.
"Saya tegaskan bahwa kesetiakawanan sosial perlu dirasakan secara nyata, bukan hanya nyata dibicarakan. Nyata dalam arti benar-benar bertindak saling membantu. Karena itu, mulai dari diri kita masing-masing, dari tiap keluarga, harus terus menanamkan dan memupuk nilai-nilai kesetiakawanan sosial, nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai kebhinnekatunggalikaan kita," terang Presiden.
Kesetiakawanan merupakan nilai luhur yang telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu. Oleh karenanya, semangat kesetiakawanan tentu harus dijaga. Dengan memperingati hari kesetiakawanan, maka sesungguhnya masyarakat Indonesia juga memperingati nilai-nilai asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
"Memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) sejatinya adalah memperingati nilai-nilai asli bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang sudah tertanam dalam diri bangsa kita jauh sebelum kemerdekaan. Nilai-nilai yang kemudian dirumuskan oleh para pendiri bangsa dalam Pancasila, dasar kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya.
Sejarah perjuangan dan perjalanan bangsa Indonesia hingga kini telah membuktikan bahwa kesetiakawanan yang ditunjukkan masyarakat Indonesia mampu menjadi modal menghadapi segala tantangan dan cobaan yang dialami bangsa. Seperti saat bencana yang menimpa suatu daerah misalnya, segenap masyarakat dari segala penjuru Indonesia berbondong-bondong untuk membantu.
"Namun, saya mengingatkan bahwa kesetiakawanan sosial jangan hanya dilakukan saat ada bencana. Kesetiakawanan sosial seharusnya dapat dirasakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Saling tolong menolong, saling membantu, seperti dalam usaha kita bersama mengatasi kesenjangan sosial, menjaga persatuan dan toleransi, serta menjaga kesejukan hidup berbangsa dan bernegara," pungkas Presiden.