TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perayaan natal memang telah berlangsung beberapa hari yang lalu. Namun, suasana natal masih tetap terasa khususnya bagi mereka yang merayakan.
Beragamnya suku dan adat-istiadat menjadikan perayaan Hari Natal di setiap daerah berbeda-beda. Tak ada salahnya apabila kita melihat tradisi perayaan natal yang unik yang dilangsungkan daerah-daerah di Indonesia.
Kira-kira bagaimana tradisi perayaan hari besar ini di seluruh penjuru Indonesia? Berikut 5 tradisi terunik perayaan natal di seluruh nusantara yang berhasil dikumpulkan Tim Tribunnews, mari disimak satu per satu!
1.Bakar Batu (Papua)
Bakar Batu (Papua)
Dari ujung timur Indonesia, warga Papua memiliki tradisi Bakar Batu atau Barapen. Hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur, kebersamaan dan saling berbagi setelah para warga melakukan Misa atau ibadah Natal di gereja.
Sebelum berangkat ibadah, mereka telah berkumpul untuk memasak daging babi, ubi, kangkung, pepaya dan pelengkap lainnya di dalam lubang yang berisi batu panas membara.
Lama waktu memasak hampir setengah hari, sehingga masyarakat akan berkumpul kembali untuk makan bersama sambil silahturahmi.
2.Dentuman Meriam Bambu Di Flores (Nusa Tenggara Timur)
Dentuman Meriam Bambu Di Flores, Nusa Tenggara Timur
Tradisi dentuman-dentuman meriam bambu akan semakin ramai terdengar pada bulan Desember, khusunya di malam natal dan tahun baru. Meriam ini dulunya digunakan budaya Mangarai sebagai pertanada seseorang meninggal dunia agar orang-orang di tempat lain mengetahuinya.
3. Festival Kunci Taon (Sulawesi Utara)
Festival Kunci Taon Sulawesi
Perayaan natal di Manado, Sulawesi Utara telang berlangsung jauh hari sebelum tanggal 25 Desember 2016. Di mulai dari tanggal 1 Desember, perayaan Pra-Natal dilangsungkan dengan disertai alunan-alunan lagu-lagu bertema natal di setiap tempat.
Selain itu, acara pawai Sinterklas juga dilakukan oleh pemuda-pemuda manado yang berkeliling sambil memberi hadiah kepada anak-anak.Penutup dari seluruh rangkaian acara natal inilah yang disebut Festival Kunci Taon.
4. Festival Budaya dan Pariwisata “Lovely December” (Toraja)
Festival Budaya dan Pariwisata “Lovely December”
Masih berlokasi di Sulawesi, Pemerintah Daerah Toraja menyelenggarakan Festival Budaya dan Pariwisata “Lovely December” dalam menyambut natal tahun ini.
Didasari oleh sebagian besar masyarakat toraja merayakan natal, maka festival ini menyuguhkan beragam acara-acara bertema budaya seperti pameran kuliner dan kerajinan daerah.
Terdapat juga perlombaan rakit tradisional dan pagelaran kerajinan bambu.
5. Wayang Kulit Kelahiran Yesus (Yogyakarta)
Wayang Kulit Kelahiran Yesus di Yogyakarta
Beranjak ke Indonesia bagian barat, khususnya D.I. Yogyakarta.
Sebagai kota yang dikenal sarat nilai budaya, perayaan natal di Yogya diwarnai hal-hal berbau adat dan budaya, seperti pengenaan pakaian adat khas Yogyarkata yang terdiri dari beskpa dan blangkon pada Pastor dan Pendeta saat misa.
Para pastor dan pendeta pun berkhotbahnya pun dalam bahasa Jawa halus. Selain itu, ada tradisi unik perayaan natal melalui pementasan wayang kulit.
Pementasan ini berkisah tentang lahirnya Yesus Kristus yang dilaksanakan di Gereja.
6. Marbinda (Sumatra Utara)
Marbinda (Sumatra Utara)
Sebagai bentuk kebersamaan, warga Batak di Sumatra Utara akan mengumpulkan dana untuk melakukan tradisi Marbinda dengan membeli hewan kurban. Hewan yang akan dibeli dan dikurbankan sangat bergantung kepada banyaknya warga yang ikut menggalang dana.
Apabila jumlah warga yang berpartisipasi mencukupi, mereka dapat membeli seekor kerbau untuk disembelih dan dibagikan dagingnya. Hewan babi pun menjadi pilihan apabila dana yang dikumpulkan tidak terlalu banyak.
7. Rabo-Rabo (Jakarta)
Rabo-Rabo
Di daerah Koja, Jakarta Utara tepatnya di Kampung Tugu terdapat tradisi unik saat perayaan natal.
Setiap perayaan Hari Natal, para penduduk di kampung Tugu yang menjadi rumah bagi para penduduk keturunan Portugis, melakukan ibadah ke gereja terdekat seperti biasa dan berziarah ke taman pemakaman di samping gereja tersebut untuk memulai hari mereka.
Rabo-Rabo akan dilakukan setelah mengunjungi setiap rumah warga dengan lantunan lagu Keroncong Tugu, menari, bernyanyi dan bersilahturahmi dengan semua orang. Keunikan terlihat saat penduduk yang dikunjungi oleh rombongan Rabo-Rabo ikut serta untuk berkunjung ke rumah berikutnya.