Ini juga akan merepotkan aparat keamanan karena bisa terjadi di mana saja.
"Kewaspadaan tidak hanya di objek vital tapi juga di lokasi lokasi umum, " kata Ridlwan Habib.
Perubahan yang ketiga adalah pola komunikasi teroris. Mereka menggunakan social media dan fitur komunikasi modern seperti telegram atau whatssapp.
"Ini membutuhkan keterampilan khusus dari aparat kontra teror. Terutama dari komunitas intelijen sinyal, " kata Ridlwan.
Perubahan pola komunikasi ini juga menyulitkan deteksi.
Kelompok teroris juga tidak perlu harus mempunyai safehouse atau basecamp tetap karena bisa berkomunikasi di mana saja.
"Mereka juga bisa berbagi materi materi dan manual berbahaya dengan whatssapp atau telegram, " kata Ridlwan Habib. (*)