TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Profesor Istibsjarob mendadak tenar.
Fotonya bersama Presiden Israel Reuven Rivlin terpampang di sejumlah media massa dan media sosial.
Duduk di barisan depan bersama Presiden Israel sementara di belakang mereka berdiri sejumlah orang.
Foto dan berita pertemuan Istibsyaroh dan Rivlin sebelumnya disiarkan dalam laman resmi Kementerian Luar Negeri Israel, www.mfa.gov.il.
Dalam siaran pers yang berjudul President Rivlin meets Muslim leaders from Indonesia, Rivlin dilaporkan menerima dengan baik delegasi dari Indonesia.
Kepada Istibsyaroh dan delegasi, ia mengatakan bahwa demokrasi di Israel bukan hanya untuk Yahudi tapi untuk semua orang.
"Kami tidak punya perang dengan Islam. Sayangnya, ada orang yang menolak ide Negara Israel itu sendiri, seperti Iran, Hezbollah, Hamas, secara keras dan jelas bahwa tak ada jalan untuk mengakui Israel, dari kacamata PAN-Islamisme," tutur Rivlin.
Menurut Rivlin, pihaknya tak ada perang dengan Islam.
Hanya saja ada beberapa negara yang menolak gagasan Israel dan tak mengakui mereka.
Istibsyaroh mengaku merasa terhormat bisa berada di Israel.
"Indonesia terdiri dari 17.000 pulau, terbang dari satu sisi ke sisi lain memakan waktu 10 jam. Meskipun ada beragam agama, dan budaya yang berbeda, mereka dapat tinggal sebagai satu warga, warga negara Indonesia," ujar Istibsyaroh.
Anggota MUI
Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nadjamuddin Ramli mengakui, salah satu anggota MUI ada yang berkunjung dan bertemu dengan Presiden Israel Reuven Rivlin.
Ia adalah anggota Komisi Pemberdayaan Perempuan, Remaja, dan Keluarga MUI Istibsyaroh.