News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Yuddy Chrisnandi: Permintaan yang Dikabulkan

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Yuddy Chrisnandi saat pelantikan sebagai Duta Besar dan Berkuasa Penuh RI untuk Ukraina di Istana Negara, Jakarta, Senin (13/3/2017). Presiden Joko Widodo melantik 17 Duta Besar LBBP untuk negara sahabat diantaranya, Ikrar Nusa Bhakti untuk Tunisia, Tantowi Yahya untuk Selandia Baru, dan Darmansjah Djumala untuk Austria. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM -- YUDDY Chrisnandi dilantik menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) untuk Ukraina merangkap Armenia dan Georgia, berkedudukan di KBRI Kiev. Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla (JK) ini dilantik bersama 16 Dubes lainnya di Istana Negara, Jakarta.

Politikus Hanura itu mengaku kaget diajukan oleh Presiden Jokowi menjadi duta besar di Kiev, Ukraina. Meski demikian, dia mengakui pernah meminta jabatan dubes kepada Jokowi.

Permintaan untuk menjadi dubes disampaikan Yuddy saat Jokowi memberi tahu pencopotan dirinya sebagai Menpan-RB pada 26 Juli lalu.

"Banyak yang menyampaikan seolah-olah menjadi Dubes apalagi di negara jauh, daerah yang musim dinginnya menjadi minus 30 derajat, penerbangannya lebih dari 12 jam, itu seolah-olah dibuang. Tapi saya sampaikan kepada teman-teman Komisi I bahwa tidak ada yang merasa dibuang," ujar Yuddy beberapa waktu lalu.

"Saya menjalani saja. It's surprised. Saya tidak menyangka akan ditempatkan di sana," kata dia.

Mantan anggota Komisi I DPR ini melihat tugas sebagai Dubes di Kiev, Ukraina, adalah sebuah tantangan. Ia pun mengaku mendapatkan dukungan dari banyak pihak untuk maju menjadi calon Ketua Umum Hanura. Namun, dia tidak akan mengikuti dukungan itu.

Yuddy Chrisnandi pun pernah dikukuhkan memperoleh gelar Guru Besar di Universitas Nasional. Jalan panjang lagi membutuhkan waktu yang cukup lama.

Dia harus menunggu selama 15 tahun setelah menjadi Lektor Kepala di kampus tersebut.
"Tahun 2000 pangkat saya setingkat Lektor Kepala. Sekarang sudah tahun 2015, jadi perlu 15 tahun saya mendapat gelar Guru Besar," kata Yuddy Chrisnandi.

Yuddy mengakui, selama ini masyarakat lebih banyak mengenal dirinya sebagai seorang politisi dan pengusaha.Padahal, sebenarnya dia sudah bergelut sebagai akademisi sejak tahun 1995.

"Saat itu saya diminta langsung oleh Rektor Unas Bapak Umar Basalim untuk mengajar di Fakultas Ilmu Ekonomi," kisahnya, seperti dikutip dari Laman Menpan.

Setelah lulus S2 di UI Yuddy menjadi staf penelitian di Fakultas Ekonomi UI, sebagai staf honorer.Karena honornya terlalu kecil dan kerjanya sangat santai, dalam tahun 1994 - 1995 dia sering diundang menjadi pembicara tentang masalah-masalah ekonomi politik.

"Pada saat selesai ceramah saya duduk di sebelah pak Umar Basalim, Rektor Unas. Kemudian dia tanya, apakah kuliah saya sudah selesai. Dia kemudian meminta saya ngajar di sini, dan saya langsung ambil kesempatan itu," kata Yuddy.

"Sambil meneruskan ke S-3 dan terus mengajar, dan tahun 2000 saya menjabat sebagai Lektor Kepala di UNAS. Karir akademik saya panjang, dan tidak pernah cuti mengajar, walau saya sempat menjabat staf khusus pada masa Presiden Megawati," katanya.

Titik tolak untuk menggapai gelar akademik tertinggi diawali pada pertengahan tahun 2011, saat Yuddy memperoleh kesempatan penilaian atas kajian ilmiah, yang akhirnya ditawari mengikuti seleksi majelis guru besar UNAS pada Januari 2012.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini