Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosok Bahrumsyah yang dikenal Sunandar Ibnu Nur tidak mencerminkan dirinya yang radikal atau suka dengan kekerasan.
Menurut dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi tersebut sosok Bahrumsyah adalah pendiam.
Sunandar tidak menyangka, Bahrumsyah akan menjadi salah satu tokoh petinggi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Pada saat dia kuliah sih, dia orangnya biasa-biasa saja," ujar Sunandar kepada Tribun, Selasa (21/3/2017).
Bahrumsyah sempat menjadi mahasiswa didik Sunandar pada mata kuliah Bahasa Inggris pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) non reguler.
Seingat Sunandar, Bahrumsyah mendapatkan nilai A atau B untuk mata kuliah Bahasa Inggris. Namun dia menilai, Bahrumsyah lebih banyak diam ketika dalam perkuliahan.
Baca: Fahri Hamzah Tantang KPK: Seolah Mereka Pasti Benar, Padahal di Dalamnya Brengsek
Sunandar mengatakan selama kuliah, Bahrumsyah sempat mengikuti lembaga dakwah kampus. Namun pengaruh adikalisme bukan tumbuh dari lembaga tersebut.
"Ya bukan karena ajaran di kampus atau di lembaga dakwah kampus ya, dia jadi begitu. Karena setahu saya, kampus dan lembaga dakwah kampus tidak pernah mengajarkan hal seperti itu," tambah Sunandar.
Bahrumsyah akhirnya keluar dari UIN setelah hanya mengikuti perkuliahan hingga semester tiga. Dia menurut Sunandar, jarang mengikuti perkuliahan.
Menurut peneliti terorisme Ridlwan Habib, setelah tidak meneruskan kuliah di UIN, Bahrumsyah bergabung dengan kelompok-kelompok militan Muslim.
Awalnya Bahrumsyah bergabung dengan kelompok Abu Jibril di Ciputat, namun keluar karena tidak sepaham.
Dia pernah berguru dengan Ustaz Amman Abdurahman yang terlibat bom Cimanggis 2004 dan Jantho.
Bahrumsyah akhirnya bergabung dengan Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi) dan memproklamirkan diri untuk mendukung ISIS.
Melalui Faksi, Bahrumsyah, pernah mengadakan acara pada Februari 2014 di Masjid Fathulah yang berada di seberang UIN.
Dia mengadakan pengajian yang bertemakan dukungan untuk ISIS.