Kami berangkat dari asumsi bahwa pemilih Jakarta sudah sedikit banyak mengetahui sejumlah program unggulan kandidat, toh kampanye sudah berlangsung selama 6 bulan.
Saling klaim sebagai pionir dan tudingan saling contek program sejak awal kampanye sengaja kami tonjolkan untuk menggambarkan sengitnya pertarungan.
Kartu Jakarta Pintar vs Kartu Jakarta Pintar Plus, Kartu Jakarta Lansia vs Tunjangan Orang Tua, Ok Otrip vs integrasi moda transportasi, misalnya.
Serupa tapi tak mau dibilang sama, siapa yang lebih dulu dan siapa yang hanya bisa meniru. Itu pun hanyalah bumbu dalam debat.
Bumbu yang kami perlukan untuk meramu tontonan, walau diam-diam kami sesungguhnya sadar bahwa orisinalitas program tidak punya nilai lebih dalam demokrasi.
Karena seharusnya yang diukur bukan itu, melainkan efektivitas, kapasitas dan komitmen kandidat untuk menjalankan berbagai programnya.
Itu juga alasan mengapa secara khusus saya bertanya tentang gaya kepemimpinan. Meminta kandidat untuk menggambarkan gaya masing-masing dan menbandingkannya dengan lawan.
"Rahasia" tersisa
Ada satu "rahasia". Saya sesungguhnya masih menyimpan satu pertanyaan lanjutan untuk kedua kandidat.
Siapa lebih cocok menjadi anak buah siapa? Apakah Anies lebih cocok menjadi anak buah Ahok? Atau Anies lebih pantas menjadi bos Ahok? Tapi saya memutuskan untuk menghentikan perdebatan soal itu saat Ahok dan Anies saling berbalas tentang siapa yang bisa memecat siapa.
Ada banyak PR kami sebagai penyelenggara debat. Masukan soal topik, alur debat dan kesempatan berbicara untuk ke dua kandidat secara lebih cair saat diskusi terbuka menjadi catatan pembelajaran penting untuk Mata Najwa yang sejak awal berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keberimbangan.
Apresiasi tertinggi tentu harus diberikan kepada Pak Basuki dan Pak Anies. Tidak ada keharusan bagi mereka untuk hadir di Mata Najwa.
Karena ini bukanlah debat resmi yang diselenggarakan KPU, institusi yang bisa memberikan sanksi kepada kandidat yang mangkir. Namun, keduanya tidak sekadar datang memenuhi undangan, tapi juga telah bersedia berpartisipasi dalam suatu "eksperimen" demokrasi.
Berdebat terbuka atas gagasan dan isu. Hasilnya? Semoga cukup seru dan bisa membantu Anda yang masih ragu. Sampai bertemu di Mata Najwa tiap Rabu.