TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Menggunakan motor trail ke lokasi titik nol yang sulit diakses, Kepala BNPB Willem Rampangilei bersama Bupati Ponorogo Ipong Muchlisoni melakukan peninjauan lapangan pasca bencana tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo (2/3).
Panjangnya longsor yang terjadi dari mahkota longsor ke daerah hilir, mencapai 1,5 Km. Menurut Rektor UGM Dwikorita yang ikut bersama Kepala BNPB, mengatakan struktur geologi di sekitar tempat kejadian berupa patahan.
"Perbedaan morfologi menyebabkan aliran longsor berbelok sehingga cukup jauh dampak dari longsor" ucapnya.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews, Kepala BNPB mengatakan tim dari BNPB, PVMBG, UGM, PUPERA dan LHK telah melakukan Kajian secara cepat untuk melakukan pemulihan secara keseluruhan. Salah satunya adalah relokasi penduduk terdampak.
"Bersama pemerintah daerah setempat, kami telah meminta untuk menyediakan segera tempat relokasi penduduk. Bupati telah menyetujui usulan masyarakat untuk membangun di lokasi ladang mereka. Namun akan kami kaji lebih dahulu daerah tersebut aman atau tidak dari potensi bencana" katanya.
Masa tanggap darurat berlaku dari 2 April 2017 sampai dengan 15 April 2017, pencarian dan penanganan pengungsi masih terus dilanjutkan.
Kepala BNPB memuji upaya pemerintah daerah yang telah cakap menangani bencana longsor tersebut. Penanganan pengungsi sudah ditangani dengan baik oleh Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan.
Operasi pencarian korban juga sudah dikelompokkan dan terus dilakukan. "Ada 7 alat berat dan dibagi 3 sektor. Sektor A kedalaman 17-20 meter yang ditangani oleh Basarnas. Sektor B oleh TNI dan Sektor C oleh Polri. Pencarian korban akan terus dilakukan" ucap Willem.
Pada kesempatan tersebut, BNPB juga memberikan Dana Siap Pakai sebesar Rp.500 juta untuk penanganan darurat bencana tanah longsor di Kabupaten Ponorogo.
Dana tersebut digunakan untuk operasional dalam penanganan darurat. Bencana tanah longsor ini akan menjadi bencana yang ditangani oleh Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo.
BNPB terus melakukan pendampingan kepada BPBD, baik pendanaan, logistik, manajemen dan tertib administrasi selama masa tanggap darurat bencana longsor di Ponorogo.
Hingga Senin pagi (3/4/2017) 2 korban meninggal telah ditemukan sedangkan 26 korban masih hilang. Sebanyak 300 jiwa mengungsi di rumah kepala desa dan menumpang sanak saudara terdekat yang aman dari longsor.
Kondisi pengungsi memerlukan bantuan, khususnya kebutuhan dasar seperti permakanan, pakaian, selimut, air bersih, sanitasi, trauma healing dan lainnya. Kondisi hujan masih sering turun di lokasi longsor sehingga mengganggu aktivitas pencarian korban.