TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI, Erma Suryani Ranik meminta aparat kepolisian untuk sering-sering berlatih menembak, selain juga test psikologi secara periodik.
Hal tersebut terkait dengan beberapa peristiwa salah tembak oleh aparat kepolisian baru-baru ini.
“Teman-teman di kepolisian harus sering-sering latihan menembak. Ini kedengarannya sederhana tapi implikasinya banyak. Kalau tim reserse salah tembak bisa jatuh korban jiwa yang tidak bersalah,” ujar Erma usai sidang paripurna DPR RI, Gedung Nusantara II, Senayan Jakarta, Jumat (28/4/2017).
Menembak yang baik bagi polisi, lanjut Erma, bukan untuk membunuh, melainkan untuk melumpuhkan.
Melumpuhkan bisa dengan menembak kaki supaya tidak lari. Skill seperti inilah yang masih harus terus diasah.
Selain skill yang harus terus dilatih, menurutnya, aparat kepolisian juga harus terus diperiksa dan dievaluasi kondisi kejiwaannya secara periodik, minimal dua kali dalam setahun.
“Standar pemeriksaan psikologi bagi kepolisian ini sangat penting untuk mengingatkan aparat bahwa Anda memiliki pistol bukan berarti Anda bisa menembak sembarangan. Ada prosedur yang harus ditaati,” tambah politisi dari Fraksi Partai Demokrat ini.
Dan yang tak kalah pentingnya menurut Erma adalah sanksi yang tegas bagi aparat kepolisian yang terbukti salah dalam penggunaan senjata. Sehingga menimbulkan efek jera baik bagi pelaku maupun bagi anggota lainnya untuk tidak berbuat serupa.
Sebagaimana diketahui, masyarakat Lubuklinggau, Sumatera Selatan, dikagetkan dengan peristiwa penembakan satu rombongan keluarga yang tengah melintas dengan menggunakan mobil Honda city, yang dilakukan oleh oknum anggota kepolisian pada Selasa (18/4/2017).
Dalam peristiwa tersebut, satu orang penumpang mobil tersebut tewas seketika. Sementara lima orang lainnya luka parah akibat tembakan oknum polisi tersebut.
Selang sepekan setelah peristiwa itu, pemberitaan media massa kembali dikejutkan dengan peristiwa tertembaknya BA oleh ayah kandungnya sendiri yang notabene merupakan anggota polisi di Bengkulu.
Sang ayah mengira BA sebagai seorang yang berniat buruk dan masuk ke dalam rumahnya secara diam-diam menjelang shubuh. Kedua peristiwa tersebut kini tengah ditangani Polres dan polda masing-masing. (Pemberitaan DPR RI)