Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – TNI Angkatan Darat masih terus melakukan investigasi terkait musibah yang terjadi saat gladi bersih latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (18/5/2017).
Dalam peristiwa kecelakaan itu empat prajurit dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) 1/Kostrad meninggal dunia.
"Terkait dengan kecelakaan latihan tersebut, tim dari TNI AD masih sedang dan terus melakukan investigasi untuk mengetahui penyebabnya," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigjen TNI Denny Tuejeh lewat pesan singkat kepada wuartawan, Kamis (18/5/2017).
Denny menjelaskan, secara teknis, Meriam 23mm/Giant Bow yang digunakan dalam latihan tersebut masih dalam kondisi baik dan dipelihara dengan baik di satuan Yonarhanud-1/K.
"Hasil investigasi yang dilakukan tim dari TNI AD nantinya akan dilaporkan kepada Panglima TNI," katanya.
Kini keempat jenazah prajurit yang gugur telah diberangkatkan menuju ke daerah asal masing-masing.
Jenazah Pratu Marwan dibawa ke Pekanbaru, jenazah Kapten Arh Heru Bahyu dibawa ke Padang.
Jenazah Pratu Ibnu Hidayat dibawa ke Semarang, dan jenazah Praka Edi ke Palopo.
Untuk diketahui, meriam atau kanon Giant Bow 23 mm memiliki sudut putar 360 derajat.
Sedangkan sudut eveluasi laras dengan sistem manual yakni -5 sampai 90 derajat, dan evaluasi laras dengan sistem elektrik mulai dari -3 sampai 90 derajat.
Sementara kecepatan luncurnya proyektilnya mencapai 970 meter per detik.
Dalam aksi tempurnya Giat Bow dibekali dua kotak magasin yang ada di kiri dan kanan.
Masing-masing kotak tersebut berisi 50 butir peluru.
Rata-rata tembakan dua laras ini adalah 600 sampai 2000 butir perluru per menit.
Berat dari senjata ini adalah 1250 kilogram.