TRIBUNNEWS.COM - Letusan dahsyat Krakatau banyak ditulis dalam narasi ilmiah, syair, bahkan ramalan.
Raden Ngabehi Ronggowarsito menghentak kesadaran tentang bencana tersebut dalam Kitab Raja Purwa, yang merupakan karyanya.
Kitab itu ditulis tahun 1869 atau 14 tahun sebelum bencana letusan Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
Penyebutan "Gunung Kapi" dalam tulisannya membingungkan banyak kalangan. Tapi, deskripsi selanjutnya semakin mirip dengan peristiwa tsunami saat Krakatau meletus.
Deskripsinya sebagai berikut, "Air laut naik dan membanjiri daratan. Negeri di timur Gunung Batuwara sampai Gunung Raja Basa dibanjiri air laut."(*)