TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kawah Sileri di Kawasan Dataran Tinggi Dieng yang terletak di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (2/7/2017) siang kemarin sekira pukul 12.00 mengalami letusan.
Beruntungnya tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut, namun sebanyak 17 pengunjung harus dilarikan ke rumah sakit akibat terkena lumpur dan masalah traumatik.
Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Agus Budianto menjelaskan letusan yang terjadi kemarin adlah letusan freatik.
Letusan ini terjadi karena adanya pertemuan antara panas magma dan air.
Bentuk letusan menyerupai rebusan air yang sedang mendidih.
"Letusan Freatik itu kena kontak panas magma dengan air terjadi peningkatan uap air dan itu biasa keluar," ucap Agus Budianto, di Posko Nasional ESDM Gedung BPH Migas, Jakarta Selatan, Senin (3/7/2017).
Baca: Pascaletusan Kawah Sileri, Wisata Gunung Dieng Ditutup untuk Umum
Tinggi letusan di kawah Sileri kemarin setinggi 150 meter.
Letusan di kawah Sileri ini disebutkan Agus sudah tiga kali terjadi pada tahun 2017 ini, pada 24 Mei 2017 dan 30 April lalu.
Sedangkan letusan terbesar terjadi pada tahun 1944 silam.
"Ini bukan yang gedenya, yang paling besar terjadi 1944, memang catatan sejarahnya itu gunung api yang mengancam," ungkap Agus.
Agus Budianto memaparkan sebenarnya letusan tersebut bisa saja tidak menimbulkan korban jiwa karena sudah ada peringatan mengeai adanya peingkatan aktivitas kawah.
Maka Badan Mitigasi Gerakan Tanah Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pun mengimbau jika ingin berwisata ke kawah masyarakat diimbau mengikuti peraturan yakni berada minimal 100 meter dari kawah tersebut.
"Ancaman letusan sebenarnya hanya terjadi di sekitar wilayah itu saja, jadi sebenarnya asal kita mentaati rekomendasi yang diberikan badan geologi yakni 100 meter itu dengan aktifitas kegempaan yang ada itu tidak masalah," pungkas Agus Budianto.