Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesawat tanpa awak bernama Alap Alap PA4 berhasil mendarat dengan mulus di Landasan Udara (Lanud) Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/7/2017).
Pesawat tersebut dibuat hasil kerja sama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan perusahaan swasata.
Sejumlah teknisi pesawat nirawak dari BPPT yang memantau dari sisi lapangan, tersenyum puas atas performa pesawat buatan anak negeri itu.
Dari kejauhan, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menyaksikan pendaratan pesawat tersebut dari bawah tenda besar yang melindunginya dari terik matahari di Rumpin.
Pesawat tersebut bukanlah pesawat nirawak atau drone biasa.
Perekayasa Muda Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan BPPT, Yomi Guno, mengatakan pesawat tersebut diproduksi untuk melakukan pemetaan jarak jauh dengan beban maksimal yang dibawa hingga 10 kilogram.
"Kamera yang digunakan untuk pemetaan itu bisa apa saja, payload (red: beban maksimal) bisa sampai sepuluh kilogram," ujarnya.
Mesin pesawat tersebut adalah mesin pesawat aeromodeling buatan eropa dengan kapasitas 24 cc yang sudah dimodifikasi sehingga konsumsi bahan bakarnya lebih efisien dan performa mesinnya lebih maksimal.
Tidak hanya itu, baling-baling yang digunakan baik ukuran, kemiringan, hingga bahan juga dipertimbangkan sedemikian rupa untuk mengurangi kebisingan.
Pesawat dengan rentang sayap 3,2 meter dan panjang 1,97 meter itu bisa menjelajah sejauh 100 kilometer dari landasan awal.
Dengan tingkat ketinggian mencapai 9000 kaki atau sekitar 2.743 meter di atas permukaan laut.
"Kami sudah memodifikasi transmisi sinyalnya, sehingga walaupun sudah terbang jauh pun, penerimaan dan transmisi sinyal dari pesawat ke pengendali tidak akan terganggu, ini sudah standar militer," ujarnya.
Hal tersebut dilakukan melalui penguatan alat penerima dan pemancar sinyal, baik di pengendali maupun di drone.
Selain itu, Yuno Guno menyebut komunikasi antara pengendali di darat dengan pesawat tidak akan terganggu karena sistem Frequency-hopping spread spectrum (FHSS).
Dengan sistem tersebut, komunikasi dilakukan melalui berbagai sinyal yang terdeteksi aman untuk komunikasi.
"Jadi dilihat mana yang kosong, mana yang aman frekuensinya, nanti pindah. Jadi ini aman dari jamming (red: peretasan), aman dari gangguan sinyal bocor dan tidak akan mengganggu," katanya.
Bahkan di jarak mendekati 100 kilometer pun dengan sistem dan teknologi tersebut, gambar dari kamera yang ditempel di moncong pesawat bisa diterima pengendali tanpa terlambat atau 'delayed.'
Pesawat tersebut pada Juli lalu sukses melakukan pemetaan jalur kereta api cepat Jakarta - Surabaya.
Hal tersebut dilakukan dengan cara menempelkan kamera khsusus untuk pemetaan dengan resolusi 24 mega pixel di lambung pesawat, untuk memotret lahan yang akan dijadikan jalur kereta cepat.
Dalam kesempatan terpisah, Ryamizard Ryacudu menegaskan bahwa teknologi pesawat nirawak bukanlah teknologi yang murah.
Terbukti di banyak negara, mereka harus melakukan riset dan pengembangan yang biayanya tidak murah, hanya untuk mengembangkan teknologi tersebut.
Rencanannya pemerintah akan memanfaatkan drone untuk melindungi kawasan-kawasan perbatasan yang rentan terhadap masuknya pendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISI), pendatang ilegal, hingga pengedar narkoba.
"Pasti, di perbatasan itu (misalnya), mau lihat di mana itu tukang narkoba bawa-bawa-narkoba, semuanya lah, curi-curi ikan segala macam," katanya.