TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Per 29 Juli 2017, 4ICU merilis 20 perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Peringkat pertama adalah Universitas Gadjah Mada. Disusul Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor.
Untuk lebih lebih jelasnya, lihat infografis di bawah:
Jika melihat daftar itu, mungkin ada yang bertanya sambil mengerutkan dahi.
Menyikapi pemeringkatan seperti itu, yang harus kita perhatikan adalah lembaga yang memberi peringkat.
Ada banyak lembaga pemeringkat Perguruan Tinggi di dunia dengan masing-masing metodologi.
Selain 4ICU ada QS World University Ranking, yang pada 2016/2017 mendudukkan Universitas Indonesia sebagai peringkat pertama, disusul Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada.
Sistem QS sekarang terdiri atas keseluruhan dan juga mata kuliah peringkat global, dalam lima regional independen (Asia, Amerika Latin, Eropa dan Asia Tengah, Wilayah Arab, dan BRICS).
Ini adalah satu-satunya peringkat internasional yang telah menerima persetujuan dari International Ranking Expert Group (IREG), dan menjadi satu dari beberapa pemeringkatan yang paling banyak dibaca, selain Academic Ranking of World Universities and Times Higher Education World University Rankings.
Sedangkan 4ICU yang sekarang berubah menjadi uniRank, merupakan sebuah direktori pendidikan tinggi internasional yang meninjau perguruan tinggi dan kolese terakreditasi di dunia.
UniRank mencakup 13.000 Perguruan Tinggi dan Universitas, yang diurutkan berdasarkan popularitas web di 200 negara. Karena itu metode ini sering disebut juga dengan webometric.
Peringkat universitas versi UniRank saat ini didasarkan pada algoritma termasuk 5 metrik web yang tidak bias dan independen yang diambil dari empatsumber kecerdasan web yang berbeda, yakni Moz Domain Authority, Alexa Global Rank, SimilarWeb Global Rank, Majestic Referring Domain, Majestic Trust Flow.
Dalam situsnya (4icu.org), tujuan dari pemeringkatan itu adalah untuk memberikan perkiraan peringkat popularitas perguruan tinggi dan kolese dunia berdasarkan tujuan dari pemeringkatan itu adalah untuk memberikan perkiraan peringkat popularitas perguruan tinggi dan kolese dunia berdasarkan popularitas situs web mereka yang dinilai dari popularitas lalu lintas.
Mereka mengakui bahwa peringkat mereka bukan peringkat secara akademis sehingga sebaiknya tidak diadopsi sebagai kriteria utama untuk memilih sebuah organisasi pendidikan tinggi tempat belajar.
Lalu, apa yang bisa dipetik dari pemeringkatan versi uniRank ini?
Dalam blognya, Ipan Pranashkati, staf pengajar dari UII yang juga menekuni dunia webometric, menyarankan untuk menjadikan pemeringkatan ini sebagai benchmarking, untuk melihat sejauh mana perkembangan optimalisasi media daring dari perguruan tinggi lain, bagaimana manajemennya, bagaimana pemberdayaannya, bagaimana kepeduliannya, bagaimana menjadikan stakeholder optimal berpartisipasi di media daring termasuk cara penggunaan yang efektif.
"Anggap itu bukan 'penilaian' tapi melihat sebagai 'peluang perbaikan'," katanya.(*)
Reporter : Agus Surono