TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) menggelar aksi penolakan terkait undangan resmi UBK terhadap Prabowo Subianto untuk menjadi Inspektur Upacara dalam peringatan HUT ke-72 RI pada 17 Agustus mendatang.
Mereka menilai undangan tersebut mengandung unsur politis.
Oleh karena itu, aksi orasi pun digelar di halaman kampus yang terletak di Jalan Kimia, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (11/8/2017).
Ketua Himpunan Mahasiswa Politik UBK Agung Pratama mengklaim mayoritas mahasiswa kampus yang dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri itu menolak kedatangan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Ini adalah aksi penolakan kedatangan Bapak Prabowo Subianto ke kampus Bung Karno," ujar Agung saat ditemui disela orasi.
Tidak hanya itu, ia menegaskan bahwa mahasiswa UBK juga menolak untuk melakukan kunjungan ke kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
"(Kami menolak) kunjungan ke Hambalang, ke kediaman Prabowo Subianto itu," tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UBK, Franky Roring menilai wajar jika mahasiswa menunjukkan sikap kritis mereka melalui orasi.
"Saya kira wajar saja mereka aksi begitu ya," jelas Franky.
Kendati demikian, ia menyatakan secara tegas bahwa UBK merupakan kampus yang mengajarkan kepemimpinan.
Sehingga wajar saja jika kampus tersebut mengundang para tokoh.
"UBK ini kan School of Leadership sebenarnya, terbuka untuk semua tokoh-tokoh," katanya.
Lebih lanjut, ia kemudian menyebutkan sejumlah tokoh besar yang pernah datang ke UBK, mulai dari mantan Presiden RI Bacharudin Jusuf Habibie dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh.
Menurutnya, rencana mengundang Prabowo pun ia anggap sebagai hal yang biasa saja lantaran Prabowo juga merupakan tokoh bangsa.
"Habibie pernah datang ke sini, Surya Paloh juga datang, saya pikir semua juga punya peluang yang sama (termasuk Prabowo)," katanya.