News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sabar Gorky: Tak Mudah Mengubah Persepsi Masyarakat terhadap Penyandang Difabel

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sabar Gorky, salah satu penerima penghargaan Ikon Prestasi Indonesia dalam Festival Prestasi Indonesia di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa (22/8/2017).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) menyelenggarakan Festival Prestasi Indonesia, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, dari 21-22 Agustus 2017.

Sabar Gorky, seorang pendaki gunung tunadaksa yang juga menjadi satu dari 72 Ikon Prestasi Indonesia, hadir kembali di hari kedua, Selasa (22/8/2017).

Pria asal Solo ini menjadi pembicara dalam dialog inspiratif bagi para siswa siswi dan pengunjung yang hadir.

Selepas acara, Sabar meluangkan waktu untuk bercerita kepada Tribunnews.com terkait pandangan masyarakat terhadapnya.

"Tak mudah mengubah mindset masyarakat terhadap kemampuan seorang penyandang difabel," ujar Sabar.

Menurutnya, sering kali orang masih memandang kaum difabel dengan sebelah mata saja. Kaum difabel dianggap tak mampu berprestasi layaknya masyarakat pada umumnya.

Meski dirinya pernah mengharumkan nama Indonesia dengan menjuarai kompetisi panjat tebing tunadaksa se-Asia Tenggara di Korea Selatan pada tahun 2009, ia masih kerap menerima perlakuan berbeda.

Perlakuan itu pun diterimanya ketika hadir di hari pertama Festival Prestasi Indonesia, Senin (21/8) kemarin.

"Saya dikira pengunjung, baru setelah saya dapat dan pakai selempang Ikon Prestasi Indonesia, orang-orang baru melongo dan bergumam," ujarnya seraya tersenyum.

Namun hal itu hanya dianggap biasa oleh Sabar. Baginya, setiap orang memiliki keistimewaan dan anugerah masing-masing. Seperti tunadaksa yang ia anggap adalah anugerah dari Tuhan.

Sabar mengaku sudah menyukai pendakian sejak tahun 1986. Namun, kecelakaan kereta membuatnya harus kehilangan kaki kanan pada tahun 1990.

Meski begitu ia tidak menyerah, ia ingin membuktikan bahwa kaum difabel tunadaksa sepertinya bisa melakukan sesuatu layaknya masyarakat pada umumnya.

Sabar berhasil mendaki hingga puncak gunung Elbrus di Rusia, Kilimanjaro di Afrika, serta Carstensz Pyramid di Papua.

Ia bertekad menjadi tunadaksa yang mampu mencapai Seven Summit, tujuh puncak tertinggi di masing-masing benua.

Selain itu, Sabar juga aktif di kegiatan sosial bagi kaum difabel. Bahkan ia mendirikan Federasi Panjat Tebing Difabel Indonesia pada tahun 2009.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini