TRIBUNNEWS.COM - Enam bulan terakhir, rumah belajar yang Sabrina Bensawa dirikan bersama adiknya, Elena, telah menjadi alternatif bagi pendidikan 60 anak dari keluarga marjinal. Tidak hanya pelajaran sekolah, tetapi juga pendidikan karakter.
Rumah belajar Saab Shares yang ia dirikan memang bertujuan untuk memanusiakan manusia tanpa melihat suku ataupun agama.
Berikut kisah lengkapnya seperti dilansir dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR).
“Pertama kali mereka datang itu ada yang pukul-pukulan, ngomongnya kebon binatang, terus sampai tanaman depan diinjek-injek. Gangguin temannya juga. Tapi sekarang yang lebih gede sudah bisa bantuin adiknya. Bisa inisiatif juga, Kak saya bantuin cuci piringnya ya,” ucap Sabrina.
Di sebuah rumah tingkat dua dengan 4 kamar, Sabrina mendirikan rumah belajarnya. Di dalam bangunan itu, buku-buku cerita anak tampak tersusun rapi di rak. Tiga ukulele digantung di dinding, juga angklung.
Sabrina menjelaskan, rumah belajar ini berada di bawah naungan Saab Shares – sebuah organisasi sosial yang fokus pada pendidikan dan kesehatan anak serta pemberdayaan perempuan. Dia jugalah yang membidani lahirnya Saab Shares pada tahun 2014. Kala itu, usianya bahkan baru 16 tahun.
Dia tergerak membantu pendidikan anak-anak setelah melihat orangtuanya membiayai kuliah anak supir mereka. Orangtuanya jugalah yang menanamkan kebiasaan berbagi sejak kecil.
Ketika Saab Shares dibentuk, Sabrina turun langsung mencari lansia dan anak-anak sakit yang butuh pertolongan.
Ia juga mulai dengan mengajar anak-anak di bantaran rel kereta api dan kolong jembatan. Semua itu dibiayai dengan hasil bisnis online yang ditekuni Sabrina.
Tapi Sabrina sadar, PR terbesarnya bukan sekedar mengajar. Membuat mereka mau berubah jauh lebih sulit.
“Banyak dari mereka berpikir menjadi miskin bukan suatu masalah. Itu suatu kehidupan yang harus dijalani. Zaman masih di kolong jembatan, ibunya bisa marah-marah. Ngapain anak saya belajar? Mending anak saya ngamen. Dari situ kita lihat di bantaran kereta api juga susah menakar mereka, susah mengukur perubahan mereka,” tandasnya.
Berbekal pengalaman itu, dia sadar mendidik anak-anak saja tidak cukup. Dia memutuskan merangkul para ibu. Menurutnya, ibu memegang kunci perubahan sebuah keluarga.
Kini setiap Selasa, anak-anak bisa belajar Matematika, Bahasa Inggris, hingga memasak. Di hari Kamis, giliran ibu-ibu yang mendapatkan pelatihan. Mereka bisa memilih sesuai minat mereka. Saab Shares menyediakan pelatihan memasak, makeup, hingga memanik di atas batik.
Tujuan Sabrina sederhana saja, bagaimana memberikan kesempatan hidup lebih baik bagi keluarga marjinal.
Sabrina percaya pendidikan karakter bisa mengubah hidup mereka. Dia ingin mereka percaya bahwa kemiskinan bukan warisan yang diturunkan.
Dia punya harapan apa yang dilakukan Saab Shares ini bisa menular. Mimpinya, rumah belajar gratis bagi anak-anak tidak mampu bisa ada di seluruh Indonesia.