News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kenangan Gus Mus Bertemu Terakhir Kali dengan Gus Dur

Editor: Ferdinand Waskita
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PB NU, KH Abdurrahman Wahid (kiri), digandeng KH A Mustofa Bisri seusai memberikan sambutan pada malam Halal bihalal ?Membudayakan Kehidupan Demokrasi? di Jakarta, Jumat (7/3/1997) malam. Keduanya malam itu menjadi bintang dengan uraian tentang demokrasi Indonesia saat ini, yang menggelitik dan penuh humor.(ARSIP KOMPAS)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kyai Mustofa Bisri (Gus Mus) menceritakan pertemuan terakhirnya dengan Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.

Kyai Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam karya Husein Muhammad yang berjudul "Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus", bercerita pertemuan itu terjadi satu minggu sebelum Gus Dur wafat.

Saat itu, Gus Dur dalam keadaan kurang sehat namun tetap menyambangi kediamannya.

"Sebagaimana sebelumnya Gus Dur dulu sering mampir untuk sekadar ngobrol ngalor-ngidul dengan saya. Tak ada sikap dan cara Gus Dur yang berubah," kata Gus Mus dalam buku tersebut.

Baca: Dua Versi Sosok Pegawai BNN Cantik, Keluarga Sebut Pintar Menyanyi, Kakak Ipar Bilang Matre

"Ya seperti biasalah, Gus Dur datang ke sini sekadar ingin bertemu, istirahat, dan lesehan di atas tikar ini, sambil ngobrol ke sana kemari, kadang sambil tiduran. Jika kami bertemu, Gus Dur akan bercerita tentang situasi bangsa dan negara, keadaan NU, keadaan para kyai, dan satu hal yang tak pernah ditinggalkan Gus Dur: bercerita hal-hal unik, menarik, dan lucu-lucu yang membuat kami dan semua yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak," lanjut Gus Mus.

Dalam pertemuan itu, Gus Dur dan Gus Mus sempat bersantap bersama.

Menurut Gus Mus, saat itu Gus Dur makan banyak meskipun dikabarkan bahwa beberapa hari belakangan sulit makan.

Menurut Gus Mus, Gus Dur tak pernah menolak makanan yang disajikan, meskipun telah dilarang oleh dokter.

Baca: Cerita Kapolsek Menyamar Sebagai PSK, Anak Buahnya Sempat Ditawar Rp350 Ribu

"Gus Dur selalu pasrah pada Gusti Allah saja. Tetapi, Mbak Nur (istri Gus Dur) selalu mengawasinya dan melarang makanan atau minuman yang harus dipantang suaminya itu, dan kalau sudah begitu, biasanya Gus Dur diam saja, nurut," kata Gus Mus.

Menurut Gus Mus, kala itu dua jam lamanya Gus Dur berada di kediamannya.

Meskipun pada awalnya, hanya ingin sebentar saja berada di sana.

Setelah itu, Gus Dur pamit mohon diri untuk melanjutkan perjalanan.

"Gus Mus, aku harus segera berangkat ke Tebuireng, aku dipanggil si Mbah (kakeknya, yakni Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari)," kata Gus Mus menirukan ucapan Gus Dur kala itu.

Baca: Cerita Romo Budi Saat Pertama Kali Berjumpa Gus Dur

Ucapan itu cukup janggal lantaran kakek Gus Dur, KH Hasyim Asy'ari, meninggal pada 25 Juli 1947.

Seperti pertanda, seminggu setelah Gus Dur pamit kepada Gus Mus itu, tepatnya 30 Desember 2009, masyarakat Indonesia dirundung duka.

Sang Guru Bangsa itu menghembus napas terakhir setelah berjuang melawan penyakit komplikasi yang selama ini dideritanya.

Saat itu, ribuan rakyat Indonesia mengantarkan kepergian Gus Dur ke rumah terakhirnya yang disediakan di Pondok Pesantren Tebuireng, pesantren yang didirikan sang kakek.

Bagi Gus Mus, kepergian teman terbaiknya itu menghadap sang pencipta telah menorehkan duka.

"Dialah yang membesarkan dan mendidik saya hingga jadi seperti saya sekarang ini. Banyal sekali kenangan saya bersama Gus Dur," kata Gus Mus. (FACHRI FACHRUDIN)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Pertemuan Terakhir Dua Sahabat, Gus Dur dan Gus Mus

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini