Setelah selesai keliling Museum, jangan lupa kasih tipping/’uang kopi’ ke petugas yang memandu, karena justru cerita itu mahal harganya.
Bagaimana? Penasaran kan untuk berkunjung ke sana?
Selain kisah yang bikin merinding itu, di Museum ini kita bisa melihat barang-barang peninggalan lain dari keluarga Nasution.
Ada juga foto Ade Irma, yang merupakan putri bungsi AH Nasution, bersama Lettu Pierre Andreas Tendean terbingkai rapi di atas potongan puisi, untuk mengenang tragedi terbunuhnya Ade Irma.
Peristiwa yang terjadi pada malam 1 Oktober 1965 itu tak hanya merenggut nyawa Ade Irma Suryani.
Namun juga nyawa Pierre Tendean. Pierre yang waktu itu diketahui sedang berisitirahat di ruang tamu kediaman AH Nasution menjadi target dari penggerebekan oleh pasukan Tjakrabirawa.
Pasukan Tjakrabirawa yang mengira Lettu Tendean sebagai AH Nasution langsung menculik Pierre, dan membawanya ke area Lubang Buaya bersama keenam perwira tinggi TNI lainnya. Mereka akhirnya dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur, yang kini dikenal sebagai Lubang Buaya.
Kini rumah yang menjadi saksi bisu peristiwa penggerebekan AH Nasution telah menjadi prasasti hidup yang diresmikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono pada hari 3 Desember 2008. Tepat di hari kelahiran Jenderal AH Nasution sendiri.
Museum ini buka setiap hari kecuali Senin dari pukul 08:00 hingga 16:00 WIB