Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putri Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Hendrianti Sahara Nasution atau akrab dipanggil Yanti, menanggapi wacana pembuatan ulang film 'Penghianatan G30S/ PKI.
Menurutnya, hal tersebut tidak perlu dilakukan karena adegankan dalam film yang ada saat ini merupakan peristiwa yang sebenarnya.
Baca: 52 Tahun Peristiwa G30S/PKI, Ratusan Pengunjung Menyemut Ke Museum AH Nasution
"Kalau saya secara pribadi tidak setuju. Karena saya sudah tau bagaimana film ini dibuat," kata Yanti saat ditemui di Museum Sasmitaloka Jenderal Besar AH Nasution, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (30/9/2017).
Menurut dia, kalau ada kontroversi dalam adegan film tersebut tentu yang bisa menjawab adalah orang yang melihat kontroversi itu.
"Tapi yang penting kita melihat kejadian itu adalah yang sebenarnya," ujarnya.
Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana membuat film G30S/PKI untuk kalangan milenal.
Baca: Nonton Bareng Di Bogor, Panglima TNI: Jokowi Serius Nonton Film G30S/PKI, Jadi Tak Sempat Komentar
Untuk itu, menurut Yanti, seharunya Presiden bisa menjelaskan secara rinci apa maksud pembuatan ulang film G30S/PKI.
"Ya saya kan tidak punya wewenang apa-apa, yang berwenang lah yang bisa menentukan. Tapi saya rasa kalau yang menyuruh itu, memikirkan sekali lagi kepentinganya apa dan harus bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan," papar Yanti.
Baca: Peneliti Politik LIPI Sebut Perintah Panglima TNI Nonton Film G30S/ PKI Tidak Lazim
Yanti juga meyakini bahwa film versi pertama buatan sutradara Arifin C Noer tahun 1984 sudah sesuai dengan peristiwa yang terjadi saat malam peristiwa berdarah pada 30 September 1965.
"Kalau saya bilang, versi lama itu asli ya. Ya walaupun tidak 100 persen betul," kata Yanti.
5 Fakta Isu Kebangkitan PKI Menurut Survei SMRC, Sebut Jokowi-Prabowo hingga Mobilisasi Politik