Laporan Wartawan Tribunnews.com,Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Nilai ekspor PT Pindad Persero memasuki triwulan keempat tahun 2017 baru mencapai 15 persen.
Padahal diawal tahun, produsen alutista Indonesia ini menargetkan nilai ekspor dapat mencapai 40 persen.
"Baru kurang lebih 10-15 persen dan ini kita kejar terus," ujar Direktur Utama PT Pindad Persero, Abraham Mose, di fasilitas divisi munisi PT Pindad Persero Turen Malang Jawa Timur, Senin (9/10/2017).
Abraham mengatakan pihaknya akan terus mengejar ekspor produk PT Pindad Persero ke luar negeri.
Ia mengaku saat ini sedang melakukan penjajakan ekspor produk ke negara-negara di kawasan Asia tenggara.
"Target ekspor sudah ada beberapa penjajakan ya dari negara-negara dalam kawasan asean. Tentunya berupa ekspor munisi maupun senjata," kata Abraham.
Lanjutnya, nilai ekspor yang masih dalam tahapan pencapain target tersebut terganjal perizinan.
Baca: Medium Tank Buatan Pindad Banyak Dilirik Negara Asing
Pasalnya, produk tersebut perlu diuji terlebih dulu sebelum bisa diterbangkan ke mancanegara.
"Ekspor kalau bicara target memang 40 persen. Tetapi ini kan masalahnya perizinan. Kalau kita mau menguji bom, menguji yang lain-lain itu perizinan yang paling menentukan, apalagi kalau sampai ujinya di sini. Kan menggunakan pesawat milik TNI dan itu kita harus minta izin ke Panglima dan KASAU. Ini masih dalam tahap perizinan," ujar Abraham.
Sebab, uji alat peledak tersebut harus diterbangkan menggunakan pesawat F-16 milik TNI AU.
Baca: Senjata SPR 4 Buatan Pindad Punya Daya Tembak 1,5 Kilometer
Jika izin tidak diberikan, maka Pindad terpaksa mengujinya secara konvensional dengan meledakkannya dari dalam tanah.
"Salah satu produk yang akan diekspor tahun ini adalah 60 ribu alat peledak. Jumlah tersebut terdiri dari 30 ribu alat peledak tipe MK81 dan 30 ribu alat peledak tipe MK82," kata Abraham.
Baca: Setahun, Indonesia Butuh 275 Juta Amunisi, PT. Pindad Perluas Pabrik
Direktur Teknologi dan Suplai PT Pindad Ade Bagdja mengatakan, pesanan kedua produk pada jangka waktu multi-years, Nilai ekspor untuk dua produk tersebut hampir senilai US$ 120 juta atau setara Rp 1.6 triliun.
"Perkiraan MK82 kasarnya satunya US$ 2.000. MK81 lebih murah lagi," kata Ade.