Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Wakil Presiden RI Try Sutrisno mengeluhkan sejumlah pihak yang selalu menganggap buruk program Pendidikan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Program tersebut sebelumnya wajib dijalankan sejumlah pihak, mulai dari siswa SD hingga aparat pemerintah, selama era orde baru.
Baca: Ternyata Anggaran Rp 601 Miliar Bukan Untuk Pembangun Fisik Gedung Baru DPR
Ia mengetahui masih ada yang memandang rendah P4 karena pernah mendengar langsung dari seseorang yang menganggap Indonesia masih butuh program semacam P4 tapi tidak seperti yang diterapkan selama era orde baru.
Try Sutrisno yang sempat mendampingi Soeharto sebagai Wakil Presiden, menanggapi pernyataan itu dengan bertanya balik.
"Jangan sampai kayak Orde Baru lagi, saya orang Orde Baru ini, (dia bilang) jangan buat ini seperti zaman pak Harto, (saya tanya) apa dasarnya ngomong begitu, pak Harto tidak mengarang ini," ujar Try Sutrisno dalam kuliah singkat di kantor Para Syndicate, Jakarta Selatan, Kamis (26/10/2017).
Baca: Cerita Jusuf Kalla Sempat Tertahan di Bandara Los Angeles Ketika Hendak ke Peru
Setelah Presiden Soeharto lengser, P4 tidak lagi dilaksanakan.
Secara perlahan, pelajaran tentang Pancasila dan hal lain yang memperkokoh nasionalisme rakyat, mulai dihilangkan.
Hingga saat ini, pemerintah menyadari hal itu, dan coba menyelesaikan masalah tersebut dengan membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP).
Dalam kesempatan itu, ia mengingatkan bahwa materi-materi yang ada dalam P4 bukanlah hal yang dikarang Soeharto melainkan oleh badan khusus bentukan pemerintah.
Baca: KPK Sebut Uang Suap Rp 298 Juta Untuk Oprasional Bupati Nganjuk dan Istri Selama Di Jakarta
Proses penyampaianya pun bukan dalam bentuk indoktrinasi melainkan diskusi terbuka.
"Waktu saya Panglima saya pernah dipanggil pak Harto, Tri coba kolonel-kolonel mu disuruh berdiskusi soal Pancasila, biar nanti mereka kan yang akan menggantikan (perwira) yang tua," ujarnya.
"Itu bukan doktrinasi, kalau indoktrinasi ini terima, telan. Ini kan tidak, diskusi, bikin makalah dan makalahnya nanti dinilai," katanya.