TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri telah membuka komunikasi dengan pihak kepolisian Filipina terkait penangkapan warga negara Indonesia (WNI) yang diduga tergabung dengan kelompok Maute di Marawi, Filipina.
"Dalam kaitan WNI tentu terus dibangun komunikasi dengan pemerintah Filipina untuk Indonesia bisa beri perlindungan pada warga negaranya," ujar Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul, kepada wartawan di Mabes Polri, Jln Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2017).
WNI yang bernama Muhammad Ilham Shaputra tersebut saat ini sedang menjalani interogasi oleh pihak kepolisian Filipina.
Martinus mengungkapkan bahwa pihaknya telah meminta kepada Kepolisian Filipina untuk memberikan hak yang sama bagi Ilham.
"Melalui polisi Filipina kita sampaikan hak-hak WNI bisa dilakukan sesuai dengan aturan internasional. Misal didampingi pengacara dan perlakuan pada tahanan harus sesuai demhan standar internasional," kata Martinus.
Baca: Ini Hasil Survei 10 Menteri Jokowi yang Dianggap Paling Berprestasi
Sebelumnya Kepala Kepolisian Provinsi Lanao del Sur, John Guyguyon, mengatakan aparat keamanan Filipina menangkap seorang pria warga negara Indonesia di wilayah konflik Marawi ketika berusaha melarikan diri melewati danau, Rabu (01/11).
WNI itu diindentifikasi berusia antara 22 hingga 23 tahun dan dilaporkan bernama Muhammad Ilham Shaputra, yang mengaku berasal dari Medan, Sumatra Utara.
"Ia adalah bagian dari pengepungan dan pertempuran awal di Piagapo," kata John Guyguyon yang wilayah kerjanya meliputi Marawi, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Ia merujuk pada operasi militer di Piagapo yang dilancarkan April lalu terhadap kelompok militan setempat yang setia kepada ISIS, kelompok yang menyebut diri Negara Islam. Piagapo terletak sekitar 45 menit dari kota Marawi.
Menurut Guyguyon, WNI yang ditangkap di Marawi ini masuk ke Filipina tahun lalu atas undangan Isnilon Hapilon, sosok yang diyakini menjadi pemimpin ISIS untuk Asia Tenggara.
Hapilon sendiri tewas pertengahan Oktober lalu dalam pertempuran melawan pasukan pemerintah untuk merebut kembali sepenuhnya kota Marawi, yang sempat dikuasai para militan Islam.