TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyambut hari pahlawan tahun ini, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang mengusulkan Malahayati sebagai pahlawan nasional perempuan jika tidak ada aral melintang akan menambah jajaran pahlawan nasional perempuan yang ke-13.
Dengan demikian kembali saya menghimbau kepada seluruh stake holder untuk kembali kepada marwah yang sebenarnya bahwa pahlawan bukan sekedar jajaran nama-nama saja.
Tetapi himpunan prestasi-prestasi mulia dimasa lampau yang sangat relevan dan universal pada masa kekinian untuk di teladani dan dijadikan sebagai role model dalam bertutur kata, dalam berpikir, dalam bertindak/berperilaku, dalam berkarya, mengabdi terutama jika berbicara dalam scope yang lebih luas dari lingkungan yang terkecil, masyarakat, warga, nusa dan bangsa.
Demikian dikemukakan Ketua Umum Kowani Dr. Giwo Rubianto Wiyogo dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (5/11/2017).
“Saya ingin menghimbau kepada pemerintah agar betul-betul mengambil peranan yang sangat vital untuk memberikan perhatian yang utuh, menyeluruh dan terpadu bukan sekedar mengeluarkan daftar pahlawan-pahlawan dan memperingati hari Pahlawan secara seremonial,” kata dia.
Namun, menurut Giwo, menulis secara tuntas riwayat dan sepak terjang masing-masing pahlawan secara detail namun mudah disosialisasikan baik melalui media cetak dan atau media elektronik serta ditransformasikan melalui pendidikan formal maupun pendidikan non-formal.
“Jika hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka saya yakin dan percaya peringatan hari pahlwan akan dipenuhi oleh para peserta dengan antusias,” ujarnya.
Dikatakan bahwa memperingati hari pahlawan bukan sekedar pada upacara seremonial belaka tetapi lebih pada pemaknaan dan implementasi sifat-sifat kepahlawanannya untuk diteladani dan di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari sesuai bidang tugas, profesi dan lingkungan masing-masing.
“Karenanya Kowani memohon dukungan kepada seluruh anak bangsa dan stake holder terkait dimasa mendatang karena secara berlanjut, bertahap dan berkesinambungan akan terus mengusulkan pahlawan nasional perempuan sesuai dengan waktunya,” ujarnya.
Menurut Giwo, Malahayati adalah seorang yang pemberani dengan simbol kesetaraan gender. Seorang panglima perang di laut.
“Saya ingin jiwa ini juga merasuk ke perempuan Indonesia sehingga pantang menyerah dan mampu menjadi “Panglima Perang” dalam memerangi berbagai kesulitan dan tantangan modernisasi secara mantap, mapan dan masif sehingga lahir Malahayati-malahayati disemua sektor dan bidang-bidang lainnya,” ujarnya.