TRIBUNNEWS.COM -- Setelah beberapa waktu dunia dihebohkan dengan rilis Panama Papers, kali ini dunia dihebohkan dengan adanya Paradise Papers.
Paradise Papers dirilis oleh International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ) pada Minggu (5/11/2017) lalu.
Paradise Papers berisi data-data rahasia mengenai finansial kaum berkuasa dan kaya.
Dilansir dari CNN Money, proyek tersebut didasarkan pada lebih dari 13,4 juta dokumen yang disimpan pada 1950 hingga 2016.
Dokumen-dokumen tersebut berasal dari perusahaan Appleby, perusahaan keluarga kecil dan terpercaya Asiaciti dan dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di 19 jurisdiksi rahasia.
Laporan tersebut mencakup sejumlah besar perusahaan global, pemimpin pemerintah, orang-orang terkemuka, dan penggunaan rekening di luar negeri untuk menghindari pajak.
Selain itu, upaya ini dilakukan untuk menyembunyikan kepemilikan aset.
Beberapa nama besar pun tercantum di dalam Paradise Papers, termasuk tokoh di Indonesia.
Ditilik dari situs resmi ICIJ, ada beberapa nama tokoh Indonesia yang tercantum di dalam laporan ini, yakni Prabowo Subianto, Tommy Suharto, dan Mamiek Soeharto.
Dalam dokumen tersebut tertulis bahwa Tommy Soeharto adalah direktur dan ketua dewan Asia Market Investments Ltd.
Perusahaan tersebut terdaftar di Bermuda pada 1997 dan ditutup pada 2000.
Database klien Appleby mencantumkan alamat yang sama untuk Asia Market Investments dan V'Power Corp., sebuah perusahaan yang terdaftar di Bahama dan dimiliki oleh Tommy Suharto yang memegang saham di perusahaan mobil sport mewah Italia Lamborghini, menurut sebuah arsip Securities and Exchange Commission .
Data Appleby juga mencakup informasi tentang perusahaan patungan Bermuda dari anak perusahaan Humpuss dan NLD, sebuah perusahaan periklanan billboard Australia.
Menurut laporan lokal pada tahun 1997, perusahaan patungan tersebut memberi Tommy Soeharto dan konsesi mitra Australianya untuk memasang papan reklame pinggir jalan di negara bagian Victoria, Filipina, Malaysia, Myanmar dan China.