TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengakui Indonesia saat ini masih kekurangan guru sebagai tenaga pendidik di sekolah-sekolah.
Hal itu disampaikannya usai menjadi inspektur upacara Hari Guru Nasional (HGN) di halaman Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (25/11/2017).
Kekurangan itu diakui Muhadjir disebabkan antara lain karena sudah selama tujuh tahun tidak dilakukan rekrutmen guru secara reguler.
“Sudah sekitar tujuh tahun kita tidak membuka rekrutmen guru secara reguler sehingga saat ini kebutuhan guru menumpuk,” ujarnya.
Muhadjir mengatakan sebenarnya Indonesia memiliki ratusan ribu guru dengan status tidak tetap alias guru honorer yang membantu kelancaran jalannya pendidikan di Indonesia.
Baca: Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Tiba di Acara Pesta Adat Bobby-Kahiyang
“Guru tidak tetap yang berada di bawah kewenangan Kemendikbud ada sekitar 737 ribu dan jika ditambah guru agama yang berada di bawah kewenangan Kementerian Agama total ada 840 ribuan guru tidak tetap di Indonesia.”
“Kami akui memang perlu ada penataan yang menguras tenaga ekstra karena status guru di Indonesia masih beragam. Ada yang sudah berstatus pegawai negeri sipil (PNS), ada yang punya sertifikat profesi, ada yang berstatus tidak tetap, dan ada yang tidak memiliki sertifikat profesi,” katanya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut Kemendikbud telah membentuk beberapa program afirmasi seperti Program Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (SM3T), Program Pemberian Subsidi Bantuan Pendidikan Konversi GTK PAUD dan DIKMAS, dan Program Diklat Berjenjang bagi Pendidik PAUD.