TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seiring dengan meningkatnya aktivitas Gunung Agung, ribuan warga yang tinggal di sekitar gunung kembali mengungsi.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan ada 22 desa yang dikhwatirkan akan terdampak.
Dalam pemaparannya di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (27/11/2017) ia menyebut desa desa tersebutadalah desa Ababi, Pipid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, Ban, Sukadana, Menanga, Besakih, Pempatan, Selat, Peringsari, Muncan, Duda Utara, Amertha Bhuana dan Sebudi. Di 22 desa itu, ada 90 ribu - 100 ribu orang.
"Jumlah pasti warga yang terdampak belum bisa dipastikan, karena ada desa yang hanya sebagaiannya saja masuk wilayah rawan. Tapi kalau warga desa yang tinggal di wilayah rawan mengungsi, warga desa lain yang tinggal di luar wilayah itu pasti ikut mengungsi," katanya.
Baca: Saefullah Hapus Anggaran Renovasi Kolam Ikan Balaikota Jakarta
Dengan meningkatnya aktivitas gunung tertinggi di Pulau Bali itu, wilayah yang harus disterilkan dari masyarakat adalah radius 8 kilometer dari puncak gunung. Kecuali di arah Utara, Timur Laut, Tenggara, Selatan dan Barat Daya, wilayah sterilnya mencapai 12 kilometer.
Sebagian warga menurut Sutopo Purwo Nugroho, sebagian warga sudah mengungsi sejak Sabbtu lalu (25/11), saat aktivitas Gunung Agung kembali meningkat. Sampai saat ini, BNPB dengan sejumlah lembaga lain, masih terus berupaya untuk mengingatkan masyarakat untuk mengungsi.
"Masih ada sebagian masyarakat yang belum mau mengungsi karena alasan masih aman, ternak, lahan pertanian, agama dan lain-lain," katanya.
Melihat sejumlah gejala yang ditunjukan Gunung Agung beberapa waktu belakangan ini, Sutoppo Purwo Nugroho mengatakan dalam waktu dekat diyakini akan ada letusan yang lebih besar jika dibandingkan dengan letusan sebelumnya. Namun letusan tersebut tidak akan sebesar letusan Gunung Agung tahun 1963 lalu.