Aliran lahar dingin juga mengalir di kawasan tambang pasir di Desa Ban, Selat, Duda Utara, Sebudi, dan Amerta Bhuana.
Lahar dingin yang mirip banjir lumpur itu pun menjadi tontonan warga sekitar.
Ni Ketut Sari, warga Liligundi menjelaskan, lahar dingin mulai ada sejak Minggu pukul 24.00 Wita.
"Semalam lahar diingin mengalir cukup deras. Warga sangat panik dan khawatir dengan kejadian tersebut.
Sampai sekarang lahar dingin masih mengalir, dan jadi tontonan warga," kata Sari saat ditemui kemarin pagi.
Warga Selat, Wayan Putra, menyatakan aliran lahar dingin makin besar karena diguyur hujan dari hulu.
Hampir sebagian warga di sekitar menyaksikan kejadian tersebut sembari mengabadikannya dengan ponsel.
"Di Kecamatan Selat ada berapa desa yang terkena lahar dingin seperti Duda Utara, Muncan, dan Sebudi. Warga khawatir dengan tanaman dan ternak mereka," katanya.
Sementara berdasarkan keterangan warga di sekitar Tukad Unda, banjir lahar dingin terjadi di sungai terbesar di Bali ini sejak pukul 06.30 Wita.
Aliran air Tukad Unda ketika itu tiba-tiba berlumpur dan berwarna sangat keruh.
Terlebih aroma air yang berbau belerang sangat menyengat.
"Sudah mulai banjir lahar dingin. Ini yang kami khawatirkan. Semoga saja aliran lahar dinginnya tidak besar. Kami khawatir kalau sampai menerjang kediaman kami," ujar Made Sujaya, warga di bantaran Tukad Unda, Kelurahan Semarapura Kangin.
Puluhan warga kemarin berduyun-duyun datang menyaksikan fenomena langka ini di Tukad Unda.
Alhasil, kemacetan lalu lintas terjadi di sepanjang jembatan.