TRIBUNNEWS.COM, PACITAN - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi signifikansi peran relawan dalam penanggulangan bencana alam dan bencana sosial di Indonesia, baik tahap kesiapsiagaan maupun layanan saat dan paska bencana.
"Apresiasi dan hormat saya kepada para relawan yang telah mendedikasikan waktu dan tenaga serta jejaringnya dalam semua proses penanggulangan bencana. Saya mohon semua elemen relawan terus menjaga solidaritas dan kesetiakawanan sosial serta menebarkannya di lingkungan sekitar dan mengajak partisipasi masyarakat menjadi relawan-relawan di berbagai bidang," tutur Mensos saat menyampaikan arahannya pada Peringatan Hari Relawan Sedunia di Pendopo Kabupaten Pacitan, sekaligus peluncuran dimulainya Lintas Batas Kesetiakawanan Sosial (LBKS) sebagai rangkaian Hari Kesetiakawanan Sosial yang puncaknya jatuh pada tanggal 20 Desember 2017 di Surabaya, Kamis malam (7/12).
Dihadapan sekira 1.000 relawan, Khofifah mengungkapkan solidaritas dan kesetiakawanan penting untuk membangun kesadaran publik mengenai pentingnya relawan mengatasi masalah-masalah sosial yang ada dalam rangka pengembangan praktek kemanusiaan berbasis kerelawanan.
"Sejarah mencatat NKRI dijaga dan dikawal oleh para relawan. Indonesia berhasil meraih kemerdekaan atas peran relawan dimana rakyat bahu-membahu bersama seluruh komponen bangsa melawan penjajah. Semua bersatu padu dengan semangat kesetiakawanan sosial yang tinggi untuk satu tujuan yakni kemerdekaan Indonesia. Setelah itu kerelawanan sangat penting untuk menjaga kemerdekaan yang telah kita raih," papar Khofifah serius.
Peringatan Hari Relawan Internasional yang kedua tahun ini dilaksanakan di Kabupaten Pacitan untuk mengapresiasi ribuan relawan yang tengah membantu warga Pacitan yang terdampak banjir dan longsor tanggal 29 Nopember lalu. Mereka berasal dari berbagai daerah, institusi dan profesi. Mereka membersihkan sisa-sisa lumpur dan kotoran paska banjir 29 November lalu, layanan kesehatan, air bersih, perlengkapan sekolah, dan lain-lain.
Relawan dari unsur Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Kemensos bersama relawan dari berbagai unsur dan warga bahu-membahu membersihkan lumpur, kayu-kayu dan bebatuan yang masih menumpuk di rumah-rumah warga dan daerah terparah akibat banjir. Juga di pesantren, di antaranya Pondok Pesantren Termas, pesantren Al- Anwar, Desa Mlati, Ploso Kidul, Ploso Lor dan titik terdampak lainnya.
"Kegiatan ini merupakan dukungan relawan dari seluruh Indonesia untuk membantu meringankan beban paska bencana di Pacitan. Semoga yang kita lakukan dapat menjadi pengobat bagi masyarakat Pacitan agar segera pulih dan bangkit kembali," ujar Khofifah.
Untuk itu secara khusus Mensos mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah membaktikan dirinya membantu masyarakat terdampak. Kita selalu menjaga jangan sampai terjadi demotivasi akibat musibah yang menimpa mereka.
"Terima kasih pula kepada perwakilan United Nation Volunteers yang hadir di tengah-tengah para relawan Indonesia dan memberi semangat serta sapaannya," kata Mensos.
Program Officer UN Volunteers Miyeon Park mengungkapkan rasa bahagianya bisa bertemu dengan relawan Indonesia dan bertukar pikiran tentang penanganan kebencanaan.
Ia mengatakan UN Volunteers memberi perhatian khusus dalam bencana alam banjir dan tanah longsor di Pacitan, memahamk kesulitan yang dialami warga dan upaya pemulihan di kabupaten tersebut.
"Bencana alam bisa terjadi kapan saja. Hari ini kita menjadi relawan, tapi mungkin di lain waktu kita menjadi korban. Maka itu perlu kita menjalin kerja sama yang baik, meningkatkan solidaritas kemanusiaan dan bekerja keras bersama dalam rangka menyelesaikan permasalahan bencana alam," ujar Miyeon.
Oleh karena itu, lanjutnya, UN Volunteers terus memberi dukungan kepada relawan di Asia, Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Sementara itu Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) mengatakan dalam peringatan Hari Relawan Internasional, Kementerian Sosial menyerahkan santunan kepada 13 orang ahli waris korban meninggal banjir Pacitan masing-masing Rp15.000.000.
Bantuan simbolis satu unit mobil truk penanggulangan bencana alam untuk Dinsos Pacitan, Mobil Dapur Umum Lapangan, bantuan Relokasi Rumah korban longsor tujuh unit rumah, penyerahan paket perlengkapan makan dan alat dapur, serta penyerahan bantuan sarana air bersih untuk Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku dan Desa Kalipelus Kecamatan Tulakan.
"Bantuan ini dari Kementerian Sosial didukung sejumlah stakeholder. Tentunya ini merupakan wujud solidaritas dan kesetiakawanan sosial kepada sesama," katanya.
Mensos Lepas Tim Lintas Batas Kesetiakawanan Sosial
Sementara itu hari ini Jumat (8/17/2017) bertempat di halaman pendopo Pacitan, Mensos melepas Tim Lintas Batas Kesetiakawanan Sosial.
Ini merupakan bagian dari dimulainya Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial sebagai penanda dimulainya rangkaian Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dimulai dari Kabupaten Pacitan.
HKSN 2017 terbagi dalam 7 etape di 10 titik kabupaten/kota di Jawa Timur. 10 titik tersebut yakni Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Malang, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan dan berakhir di Kota Surabaya.
Agenda di masing-masing etape antara lain melakukan bakti sosial sesuai hasil assesment masing- masing tim kordinator yang diinisiasi oleh konsorsium relawan.
Secara umum akan dilakukan baksos dengan memberikan bantuan perlengkapan sekolah, pengobatan masyarakat gratis, pemberian bantuan alat bantu disabilitas, penyerahan hak sipil (akta nikah dan akta lahir), operasi katarak, operasi bibir sumbing, sunatan massal, dan lain sebagainya.
Dirjen Pemberdayaan Sosial Hartono Laras mengatakan Jawa Timur adalah satu-satunya wilayah di Pulau Jawa sejak tahun 2005 yang belum mendapat giliran sebagai tuan rumah HKSN.
Karena alasan itulah Gubernur Jawa Timur, Soekarwo lantas mengirimkan surat menjadi tuan rumah HKSN sejak tahun 2014.
"Akhirnya saat perayaan HKSN di Palangkaraya, Kalimantan Tengah 2016 lalu, Gubernur Jawa Timur Soekarwo menerima pataka HKSN sebagai tanda tuan rumah pelaksanaan HKSN tahun 2017," terangnya.
Hartono kemudian merinci, tahun 2005 HKSN diselenggarakan di Serang - Banten, kemudian tahun 2006 di Solo - Jawa Tengah, tahun 2007 di Medan - Sumatera Utara, tahun 2008 di DKI Jakarta, tahun 2009 di Payakumbuh - Sumatera Barat, dan tahun 2010 di D.I Yogyakarta.
Setelah itu, di tahun 2011 HKSN digelar di Bogor - Jawa Barat, tahun 2012 di Ternate - Maluku Utara, tahun 2013 di Makassar - Sulawesi Selatan, tahun 2014 di Jambi, tahun 2015 di Kupang - NTT dan terakhir di Palangkaraya -Kalimantan Tengah.
"Untuk selanjutnya 2018, kemungkinan akan diselanggarakan di Pulau Sulawesi. Permohonan yang sudah masuk dari Gubernur Gorontalo dan Sulawesi Utara," terangnya.
Sementara itu, Hartono menjelaskan peringatan HKSN dimaksudkan untuk merevitalalisasi kembali spirit atau semangat kesetiakawanan sosial di benak seluruh anak bangsa sebagai modal pembangunan menuju cita-cita Indonesia Sejahtera.
"Dalam peringatan HKSN, terdapat agenda pemberian penghargaan kepada para relawan, seperti karang taruna berprestasi tingkat nasional, pekerja sosial berprestasi tingkat nasional, dan lembaga kesejahteraan sosial berprestasi," kata dia.
Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada kepala daerah dan tokoh masyarakat yang secara aktif melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan.