Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –- Politikus Partai Golkar Bambang Soesatyo menilai kontribusi dan produktivitas DPR RI selama ini terlanjur dibenamkan ke dalam presepsi negatif, yang lama terbentuk
Menurutnya, sinisme itu tampak sulit diperbaiki karena rendahnya derajat sensitivitas berbagai elemen di DPR menyikapi kritik dan kecaman publik.
"DPR harus segera berevolusi menjadi institusi yang kontributif dan produktif mengingat peran dan fungsinya signifikan. Baik sebagai pembuat undang-undang, penyusun anggaran negara maupun sebagai pengawas jalannya pemerintahan," kata Bambang lewat pesan singkat kepada wartawan di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Baca: Tak Terlibat Jaringan Teroris, PNS Kukar Ini Tetap Ditahan, Saat Ditanya Malah Angkat Jari Telunjuk
Baca: Berbulan-bulan Jadi Korban Pencabulan Sesama Jenis Mahasiswa, ABG Ini Trauma Berat
Ketua Komisi III DPR RI ini mengatakan, sangat jelas bahwa DPR yang kontributif dan produktif pada semua tahapan dan proses pembangunan nasional adalah harapan seluruh rakyat.
Dirinya menjelaskan, kontributif dalam arti menyuarakan dan gigih memperjuangkan aspirasi konstituen dalam forum rapat Alat Kelengkapan Dewan (AKD).
"Sebab, pada setiap anggota DPR, melekat asumsi bahwa dia paling tahu apa yang paling dibutuhkan daerah pemilihannya," kata Bambang.
Bambang juga berharap, sebagai institusi publik, DPR juga harus semakin produktif menjalankan fungsi dan kerja legislasi.
"Bangsa ini tak bisa mengelak dari perubahan zaman yang berkelanjutan. Perubahan zaman itu tak pelak mengubah banyak aspek dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan hidup bermasyarakat. Ragam perundang-undangan harus segera beradaptasi dengan perubahan-perubahan itu," katanya.
Mantan Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR RI ini menyebutkan, selain gagasan dari pemerintah, inisiaitif DPR pun tentu saja sangat diharapkan.
Tidak cukup berinisiatif, DPR pun wajib menuntaskan perumusan rancangan undang-undang (RUU) untuk diundangkan.
"Tidak berarti selama ini DPR tidak berbuat. Sudah menjadi fakta bahwa DPR telah berkontribusi. Namun, publik menilai kontribusi DPR sejauh ini masih sangat-sangat minimal," katanya.
Bambang mencontohkan, target penyelesaian program legislasi nasional (Prolegnas) sudah berulangkali meleset.
Dirinya juga menyesalkan banyak pihak yang akhirnya menilai DPR tidak produktif, hingga muncul kesan bahwa produktivitas DPR rendah karena banyak anggota DPR lebih sibuk menjalani lakon sebagai pelaku politik praktis, dan menomorduakan fungsinya sebagai wakil rakyat dan legislator.
"Tingkat kehadiran anggota pada rapat-rapat AKD terbilang rendah dengan alasan yang tidak pernah jelas. Dari sudut pandang ini, muncul penilaian bahwa DPR sebagai institusi tidak pandai dan tidak arif dalam mengelola waktu," katanya.
Lebih lanjut Bambang menambahkan pentingnya transparansi pembahasan RUU dan penguatan sinergi.
Menurutnya, hal itu penting demi mewujudkan konektifitas yang menggambarkan betapa sibuknya Indonesia dewasa ini.
"Idealnya, DPR juga mengambil bagian dalam kesibukan itu agar terbentuk persepsi dibenak publik tentang DPR yang kontributif dan produktif," kata Bambang.