TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penentuan Sekretaris Jenderal Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto masih terus menjadi teka-teki.
Diketahui, setelah Airlangga terpilih sebagai Ketua Umum Golkar secara aklamasi pada Munaslub di Jakarta 18 - 20 Desember 2017, menggantikan Setya Novanto (SN) yang tersingkir karena dugaan korupsi E-KTP, belum ada yang secara pasti menempati posisi sekjen.
Terkait hal itu, politisi senior Partai Golkar Zainal Bintang mengingatkan agar Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto agar betul-betul berhati-hati dalam menentukan Sekjen Golkar.
Ia meminta agar Airlangga memperhatikan keaktifannya di DPP Partai Golkar.
“Syarat penting yang sangat penting untuk Sekjen, ya pernah menjadi pengurus DPP paling tidak satu periode,” kata Bintang dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (2/1/2018)
Syarat lainnya kata Zainal Bintang, untuk menjadi Sekjen Golkar harus memenuhi standar formal, yaitu memenuhi syarat PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela).
Syarat ini menurutnya sangat penting, karena ada juga pengurus DPP Golkar yang berstatus “kutu loncat”.
“Kita menolak calon pengurus DPP yang berkategori kutu loncat. Terlebih untuk jabatan Sekjen "no way" untuk kutu loncat", ujar Bintang.
Ia juga menegaskan bahwa sosok figur Sekjen Golkar saat ini kata dia, adalah orang yang sejalan dengan Airlangga sebagai ketua umum.
“Sebaiknya orang yang satu bahasa dengan Ketum dan orang yang dipercaya ketum,” jelasnya.
"Tapi tunggulah pengumuman dari AH sebagai ketua formatur tunggal."
Zainal Bintang juga tidak setuju jika Sekjen Golkar masih dijabat oleh Idrus Marham. Sebab Golkar membutuhkan penyegaran, sehingga figur Sekjen haruslah muka baru.
“Itu dalam rangka penyegaran. IM diketahui telah menjabat Sekjen tiga priode. IM mutlak diganti. Demi terjadinya penyegaran," jelasnya.