TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Forum Ummat Islam Bersatu (FUIB), Habib Rahmat Himran, menyebut, gerakan komunisme di Indonesia saat ini menemukan ruang gerak yang luas karena merasa diberi angin oleh situasi politik dalam negeri.
"Kasus palu arit di Banyuwangi itu adalah salah satu contoh saja dari fenomena gerakan komunisme di tanah air," ujar Habib Rahmat di Jakarta, Kamis (11/8/2018).
Dia melanjutkan, teror komunis PKI di Banyuwangi yang belakangan masif dengan teror, agitasi, propaganda dan kekerasan pada warga serta pemaksaan kehendak pada pengadilan ketika persidangan terdakwa 'Budi Pego' berlangsung karena merasa ada panggung, kesempatan dengan memanfaatkan isu isu lain untuk menarik perhatian rakyat.
Baca: Ustazah di Bekasi Dikabarkan Dianiaya Setelah Ceramah PKI, Ternyata HOAX
Yaitu dengan isu-isu kesetaraan, isu ketidakadilan, janji kesejahteraan sama rasa, isu lingkungan hidup, para komunis PKI ini mencoba memprovokasi rakyat.
"Saya melihat isu PKI ini biasanya ramai di bulan September dan Oktober saban tahun namun konteks Banyuwangi ini berbeda. Isunya terus bertahan selama setahun penuh, sangat mirip agitasi PKI tahun 65 semua di mulai dari Jawa Timur di wilayah "Tapal Kuda" yakni pasuruan, Jember, Situbondo dan Banyuwangi," ungkapnya.
Forum Ummat Islam Bersatu (FUIB) sebagai gabungan ormas-ormas Islam akan melihat fenomena kasus palu arit ini secara serius karena ini tak bisa di anggap remeh dan kecil.
"Sekali kita lengah mereka akan terus menguat. Ummat Islam harus tetap waspada dengan membangun kerja sama dengan TNI. Komunisme tak akan pernah punya tempat hidup di bumi NKRI ini," ujarnya.