TRIBUNNEWS.COM, ASTANA - Pola pendekatan lunak (soft approach) dalam menangani kasus terorisme yang selama ini dilakukan oleh Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam penanganan masalah terorisme sepertinya menjadi sesuatu yang menarik bagi Pemerintah Kazakhstan.
Hal tersebut dikatakan Kepala BNPT, Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, saat melakukan pertemuan dengan Deputi Chairman National Security Committee (NSC) Kazakhstan, Nurgali Dauletbekovich Billsbekov dalam sebuah acara working dinner di Astana, ibukota Kazakhstan pada Rabu (24/1/2018) lalu dalam rangka menindak lanjuti Kesepakatan Kerjasama Penanggulangan Terorisme antara Indonesia dan Kazakhstan..
“Dalam pertemuan tersebut secara khusus kami memberikan penjelasan secara utuh mengenai apa yang sudah dikerjakan oleh oleh Indonesia dalam kaitannya mengenai counter terrorism. Dan kami sampaikan bahwa kami melakukan pendekatan soft approach dalam penanganan terorime di Indonesia. Atas penejelasan kami tersebut Deputi Chairman NSC terlihat terkesan,” ujar Suhardi Alius yang saat ini masih dalam lawatan kunjungan kerjanya di luar negeri dalam pesan pendeknya, Sabtu (27/1/2018) malam.
Lebih lanjut mantan Kabareskrim Polri ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pendekatan lunak ini pihaknya menggandeng para mantan pimpinan kelompok teroris yang telah bertobat, sebagai pembicara untuk program deradikalisasi. Pendekatan ini efektif karena mantan teroris ini telah menunjukkan dan mengungkapkan pengalaman mereka sebelumnya.
Selain itu Kepala BNPT juga menceritakan kalau pihaknya juga melibatkan organisasi Islam seperti Nahdatul Ulama dan Muhamadiyah.
“Dari penjelasan itu tadi maka pola soft approach inilah yang menjadi poin besar buat mereka juga, bahwa tidak selamanya pola penanganan dengan metode hard approach itu bisa menghasilkan suatu solusi tapi juga harus mengidentifikasi akar masalah,” urai alumni Akpol tahun 1985 ini.
Lebih lanjut mantan Kapolda Jawa Barat dan Kadiv Humas Polri ini mengatakan bahwa dalam melakukan pembeicaraan tersebut dirinya juga menjelaskan mengenai pendekatan yang dilakukan BNPT dalam menangani kasus radikalisasi melalui media sosial dan dunia maya.
“Kami sampaikan bahwa dalam menangani radikalisme melalui dunia maya ini kami merekrut generasi penggiat media sosial dan internet untuk menjadi duta damai di duna maya. Mereka bertugas menyebarkan pesan-pesan damai dan positif dengan bahasa anak muda di media sosial dan internet,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini.
Dikatakan pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini, dalam pertemuan hangat antara kedua delegasi yang berlangsung di tengah suhu cuaca yang mendekati minus 33 derajat Celcius.ini juga dibicarakan mengenai perkembangan terorisme di masing-masing negara.
“Dalam pembicaraan tersebut baik kami dari Indonesia dan pihak Kazakhstan bertekad untuk saling bertukar pengalaman terutama dalam mengantisipasi kembalinya returnees Foreign Terrorist Fighters (FTF),” ujar mantan Kapolres Metro Jakarta Barat dan Kapolres Metro Depok ini mengakhiri.
Dalam kunjungannya tersebut Kepala BNPT di dampingi Deputi III bidang Kerjasama International BNPT, Irjen Pol. Drs Hamidin dan pejabat dari Direktorat Kerjasama Bilateral BNPT lainnya. Turut hadir dalam working dinner tersebut Duta Besar RI untuk Kazakhstan, H.E Rahmat Pramono dan Deputy Menlu Kazakhstan.
Dalam kunjugan kerja ke Kazakhstan tersebut Kepala BNPT juga berkesempatan untuk bertemu dengan Wakil Menteri Agama Kazakhstan. Dalam pertemuan tersebut kedua pejabat ini saling bertukar pengalaman dalam Countering Violent Extremism