Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, FLORES - Andreas Tutumuda, pria paruh baya yang berprofesi sebagai nelayan di Desa Riangbura, Flores Timur, menjelaskan kesehariannya saat melaut, sebelum dan sesudah memakai solar lantern atau lampu dari perusahaan elektronik asal Jepang, Panasonic.
Ia mengatakan setiap sore hari, ia dan rekan nelayan lainnya selalu menyimpan jala atau jaring beberapa waktu di laut dan membiarkan ikan-ikan untuk masuk dalam jala.
Setelah itu pada pagi harinya, mereka pun akan mengecek kemudian mengambil hasil tangkapan tersebut.
"Kami hanya simpan jaring sore di laut dan ikan akan masuk, dan kita akan ambil pagi hari," ujar Andreas, saat ditemui di rumahnya di Desa Riangbura, Ile Bura, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018).
Jika malam tiba, pria berusia 53 tahun itu menambahkan, para nelayan ke laut hanya untuk memancing.
Biasanya mereka hanya berada di tepi tebing dekat hutan untuk memancing menggunakan joran, dan tidak menggunakan jala.
"Kalau malam ke laut itu cuma mancing, tapi tidak pakai jala," jelas Andreas.
Baca: Panasonic Sumbangkan 5004 Lentera Surya kepada Pemerintah Indonesia
Terkait penggunaan solar lantern Panasonic yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi, Andreas menuturkan bahwa lampu itu hanya digunakan saat ia berada di darat saja.
Seperti melakukan kegiatan menjahit jala yang robek di rumah, dan kegiatan lainnya di rumah.
Menurutnya, ia tidak bisa membawa lampu tersebut ke laut saat ini lantaran musimnya ikan besar, ia harus fokus menangkap ikan itu menggunakan kedua tangannya.
"Kalau ini hanya khusus di darat saja (pakai lampu) Panasonic-nya, kalau di laut tidak bisa, karena banyak ikan besar," kata Andreas.
Solar lantern tersebut, kata dia, hanya digunakan sebagai alat penerangan malam hari untuk memancing di tepi pantai saja, namun bukan untuk ke tengah laut.