TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anas Urbaningrum telah menulis surat yang isinya membantah adanya pertemuan di Sukamiskin antara dia, Firman Wijaya, Mirwan Amir dan Saan Mustopa untuk memfitnah Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dan Ibas dalam korupsi proyek e-KTP.
Dalam tulisan itu Anas mengatakan, semua pertemuan di sukamiskin tercatat rapih oleh pihak lapas. Ada juga buku tamu dan CCTV yang bisa dicek, jika benar ada pertemuan konspirasi.
Baca: Golkar Tidak Mentolerir Kader yang Terkenan OTT KPK
Tulisan itu sendiri dititipkan Anas kepada Bobby Triadi, anggota Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
Jubir Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), Tridianto membenarkan Anas menitip surat kepadanya. Tri mengatakan, Anas tak ingin ada hoax lagi yang menyerangnya.
"Jangan sampai terjadi lagi seperti kasus mobil Harrier yang hoax itu, bikin status Mas Anas jadi tersangka," kata Tri kepada wartawan, Rabu (14/2/2018).
Berikut adalah isi Surat dari Anas Urbaningrum:
Salam Keadilan,
Sungguh ini hal yang lucu, lebih lucu ketimbang dagelan. Tetapi karena sudah disebarkan dan menjadi berita luas, hoax ini perlu dibantah karena bisa menjadi virus jahat yg merusak dan menyesatkan.
Hampir bersamaan dengan pernyataan pers Pak SBY dan pelaporan Sdr. Firman Wijaya ke Bareskrim, disebarkan Surat Hoax yang seolah-olah ditulis oleh Sdr. Mirwan Amir.
Inti dari Surat Hoax yang disebarkan itu adalah bahwa ada pertemuan di Sukamiskin yang dihadiri oleh Anas Urbaningrum, Firman Wijaya, Mirwan Amir dan Saan Mustopa untuk merancang skenario fitnah kepada Pak SBY dan Mas Ibas. Pertemuan dan skenario fitnah itulah yg dipercaya terkait dengan kesaksian Mirwan Amir di persidangan Terdakwa Setya Novanto.
Surat Hoax itu disebarkan oleh sebagian orang di lingkungan Pak SBY tanpa klarifikasi terlebih dahulu dan kemudian malah digoreng sedemikian rupa. Bahkan ada tulisan artikel tentang hal tersebut yang dimuat pada website resmi Partai Demokrat.
Terkait dengan hal tersebut, perlu saya nyatakan bahwa yang disebut Pertemuan Sukamiskin itu adalah tidak ada dan tidak pernah terjadi. Itu adalah fitnah keji yg lahir dari imajinasi hitam dan buruk sangka yg tak terkendali.
Sangat mudah untuk membuktikan benar-tidaknya pertemuan itu. Terlalu banyak cara yg bisa ditempuh, seperti mengecek buku tamu, CCTV yang ada dimana-mana dan menanyakan langsung kepada warga di Sukamiskin. Tidak ada tempat kunjungan tamu yg tertutup, tidak ada warga yg bisa merahasiakan tamunya. Apalagi kalau itu sebuah pertemuan.
Sungguh menyedihkan, ternyata ada yg mempercayai dan menyebarkan hoax itu. Apalagi kemudian mengembangkan teori konspirasi. Sangat picik dan mengkhianati semangat dan kampanye anti fitnah dan hoax.
Saya mengerti bahwa jihad mencari keadilan adalah tindakan mulia. Tetapi mencari keadilan yg disertai dengan (pembiaran penyebaran) hoax dan fitnah justru berarti membelakangi keadilan itu sendiri dan terkesan lebih mementingkan gincu.
Hasrat akan citra, kekuasaan, ketenaran dan kekayaan adalah hak setiap orang. Tetapi untuk mencapainya tidak memerlukan syarat harus menghina dan menista orang lain dengan (pembiaran penyebaran) hoax dan tuduhan konspirasi fitnah.
Penting ditegaskan bahwa saya adalah korban kesaksian hoax tentang mobil Harrier dan sebagainya, yang dirancang sedemikian rupa, sehingga kemerdekaan saya dan semuanya telah dirampas dengan cara yang batil dan zalim.
Sakitnya masih harus saya dan keluarga jalani sampai hari ini. Korban fitnah tidak akan menyakiti orang lain dengan fitnah. Mengapa? Karena saya percaya takdir dan datangnya hari keadilan, tetapi tidak dengan hoax dan fitnah. Saya tidak tega dan tidak suka memakan bangkai saudaranya sendiri. Itu menjijikkan!
Jadi, sudahlah.
Apalagi yang kurang?
This is not my war. Ini hanya pernyataan kebenaran.
Salam Kebenaran,
Sukamiskin, 10 Pebruari 2018
Anas Urbaningrum