News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Musdah Mulia: Penyerangan terhadap Pemuka Agama Bertujuan untuk Kacaukan Negeri Ini

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Musdah Mulia.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Musdah Mulia, terheran-heran dengan sikap Badan Intelijen Negara (BIN) terhadap pelaku penyerangan pemuka agama belakangan ini.

"Kata BIN, penyerangan tersebut merupakan kampanye hitam tapi tidak ada tindakan hukum bagi pelakunya. Gimana itu? Tahu itu salah, tapi dibiarkan," ujar Musdah, di Century Park Hotel, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (20/2)

Perempuan berjilbab putih ini menunjukkan kegetirannya melalui ekspresi wajah yang kesal. Bahkan bahasa tubuhnya seolah ingin memberi tahu apa yang dilakukan BIN adalah suatu kesalahan.

Namun apa daya, di sebuah acara resmi seperti Seruan Moral Kebhinekaan ini, Musdah berusaha tetap menjaga attitude-nya.

Baca: Marak Orang Gila Serang Ulama! Nusron Wahid: Ada yang Mengendalikan, Ada Dalangnya

Meski begitu, tak bisa ditutupi, kata-katanya tampak berapi-api dan lugas mengkritik.

Ia beranggapan semua perilaku, tindakan, serta sikap yang membeda-bedakan dan diskriminasi merupakan ekstremisme.

"Pemerintah harus tegas, tidak ada tempatnya (SARA) di Indonesia yang Pancasila. Ini bukan negara Islam. Aksi-aksi intoleran bertentangan dengan Pancasila," tegasnya, dengan suara yang meninggi di akhir kalimat.

Semua mata tertuju pada Musdah ketika ia mengucapkan itu.

Tanpa mikrofon suaranya sudah mampu didengar seisi ruangan, namun mikrofon membuat suaranya semakin tegas.

"Saya melihat penyerangan terhadap pemuka agama, baik kyai maupun pastor dan menganggap pelakunya orang gila adalah suatu ketidakwarasan."

"Ya, itu memang dilakukan untuk mengacaukan negeri ini," sambungnya usai sejenak berhenti berbicara.

Saat giliran pengamat politik Boni Hargens berbicara, Musdah juga memberikan reaksinya.

Ini tak lepas dari pernyataan Boni yang mengatakan sejumlah karyawan dan wartawan suatu media turut menyemarakkan acara Alumni 212.

Tidak percaya, Musdah langsung menyela dan bertanya. "Benar itu Mas Boni?" dilanjutkan dengan tawa tak percaya.

"Kok bisa sih? Ya Allah," katanya lagi.

Ditemui usai acara, Musdah semakin bersemangat memberikan pendapatnya mengenai pemikirannya.

Dengan tersenyum, ia berharap semua petinggi baik di pemerintah maupun penegak hukum benar-benar tegas menindak isu SARA. Jika tidak, ia mengkhawatirkan ke depannya tindakan seperti itu akan terus berulang.

"Saya berharap Presiden dan para penegak hukum tegas. Mestinya kita lebih tegas lagi, tidak boleh ada alasan apapun. Kalau cuma mengatakan itu orang gila, tidak bisa karena itu dilakukan di semua tempat. Itu penting untuk direspons secara serius oleh berbagai pihak," tuturnya.

Ia juga mengimbau para pimpinan partai politik berbenah diri agar mereka sadar bahwa menggunakan politik identitas sangat berbahaya bagi bangsa ini.

Oleh karena itu, masyarakat pun harus menyadari bahwa mereka hidup di Indonesia yang berideologi Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

"Salah satu yang membuat demokrasi kita tidak matang dan dewasa karena parpol yang seharusnya melakukan pendidikan politik tidak melakukan tugasnya dengan baik," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini