TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menyebut penyerangan terhadap sejumlah pemuka agama merupakan permainan lama yang kembali dilakukan. Ia pun menduga terdapat pihak yang kembali melakukan modus ini.
Pihaknya kini tengah menerjunkan tim untuk mengidentifikasi latar belakang dari kasus-kasus tersebut.
"Kami lagi menurunkan tim untuk mencari tahu, ada apa sebenarnya, kan gitu. Ini kan permainan lama, jangan-jangan ada yang main-main," ungkap Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (20/2/2018).
Moeldoko tak memungkiri kasus tersebut diduga muncul lantaran saat ini merupakan tahun politik. Namun, kata dia, yang jelas saat ini Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan Polri untuk menindak tegas pelaku kekerasan pemuka agama. Terlebih, pelaku kekerasan yang dilatarbelakangi intoleransi.
"Iya itu menjadi sensitif karena mendekati ke sana. Numun statement Presiden sudah sangat jelas, polisi untuk menindak dengan tegas dengan keras, enggak boleh ragu-ragu. Entah itu tindakan kekerasan, apalagi intoleransi, harus keras," tuturnya.
Seperti diketahui, dalam beberapa pekan terakhir initerjadi serangan terhadap beberapa pemuka agama. Serangan pertama menimpa Pengasuh Pondok Pesantren al-Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri, Sabtu (27/1).
Serangan kedua terjadi pada 1 Februari 2018 dengan korban Ustaz Prawoto, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis).
Prawoto meninggal dunia oleh serangan yang dilakukan tetangga yang diduga alami gangguan kejiwaan.
Kemudian, ada serangan terhadap seorang santri dari Pesantren Al-Futuhat Garut oleh enam orang tak dikenal.
Ada juga seorang pria yang bermasalah dengan kejiwaannya bersembunyi di atas Masjid At Tawakkal Kota Bandung mengacung-acungkan pisau.
Pada Minggu (11/2), Pastor dan umat Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, DIY, diserang. Empat jemaat luka-luka dan pendeta yang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang.
Dan serangan terakhir terjadi di Lamongan, Jawa Timur, Ahad (18/2). Pelaku yang diduga mengalami gangguan kejiwaan melakukan penyerangan terhadap KH Hakam Mubarok, pimpinan pondok pesantren Muhammadiyah Karangasem Paciran.