Masa depan sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia dinilai akan semakin cerah. Hal itu dibuktikan, sepanjang 2017 lalu total 70 proyek EBT telah ditandatangani oleh Menteri ESDM.
Menteri ESDM Ignatius Jonan mengatakan tahun lalu memang menjadi tahun di mana kontrak proyek EBT paling banyak yang ditandatangani. Disusul pada 2014 sebanyak 23 kontrak.
Kemudian pada 2015 dan 2016 yang sama-sama sebanyak 14 kontrak.
"Sehingga, total dalam empat tahun terakhir terdapat 121 kontrak EBT telah ditandatangani," katanya saat memberikan sambutan dalam acara Workshop Launching Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi, Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) di Hotel Sheraton Tunjungan Plaza 6 Surabaya, Kamis (12/4/2018).
Jonan memaparkan dalam 70 kontrak proyek tersebut tersebar pada lima subsektor EBT. Di antaranya sektor air sebesar 754 MW, minihidro 286,8 MW, panas bumi 86 MW, surya 45 MW, biomassa 32,5 MW, dan biogas 9,8 MW.
"Dari total 70 kontrak, tiga diantaranya telah masuk tahap Commercial Operation Date (COD). Kemudian, 22 di antaranya sudah masuk tahap konstruksi dan keseluruhan ditargetkan selesai paling lambat pada 2022," katanya.
Ia melanjutkan, saat ini pihaknya juga sudah meminta ke Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi, Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) untuk membantu menyadarkan sektor industri dan juga masyarakat bahwa bauran energi itu penting untuk masa depan.
"Baik dari sisi sumber daya manusianya juga memenuhi syarat untuk pembangunan EBT sesuai potensi daerah masing-masing. Kalau yang banyak sinar mataharinya ya bikin PLTS atau banyak sungainya bisa bikin pembangkit listrik mikrohidro dan sebagainya. Asal, yang pasti tarifnya harus reasonable karena itu untuk dijual ke masyarakat,” tutupnya.(*)