News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Setelah Siswa SMA, Giliran Pelajar SMP Keluhkan Sulitnya Menjawab soal UNBK, Ini Respon Mendikbud

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah peserta menjawab soal Bahasa Indonesia yang tertera pada komputer saat pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2018 hari pertama di SMP Negeri 2, Jalan Sumatera, Kota Bandung, Senin (23/4/2018). Pelaksanaan UNBK tingkat SMP di Kota Bandung serentak diselenggarakan di 245 sekolah yang diikuti sebanyak 37.186 peserta. Ujian akan berlangsung hingga Kamis (26/4/2018), dengan mata pelajaran yang diujikan yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan IPA. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah tingkat SMA, kini siswa SMP mengeluhkan sulitnya soal dalam Ujian Nasional Berbasis Kompetensi (UNBK).

Terutama soal soal golongan High Order Thinking Skill (HOTS) yang jumlahnya hampir mencapai 10 persen.

Sulitnya soal soal tersebut menurut Muhadjir karena sebagian merupakan standar intenasional.

‎"Tapi tadi sudah saya jelaskan kan emang ada unsur kira-kira 8 persen dari soal soal yang berstandar HOTS yang itu memang standar internasional ," kata Muhadjir di Kawasan Senayan, Jakarta, Rabu, (25/4/2018).

Baca: Mendikbud Akan Jatuhkan Sanksi Tegas kepada Siswa yang Bocorkan soal UNBK

Muhadjir tidak menampik jika banyak yang mengkritik sulitnya soal-soal ujian tersebut.

Namun menurutnya, justru kita harus menyesuaikan dengan soal soal tersebut agar tidak tertinggal.

"Memang banyak yang kritik, sekolahnya belum maju, fasilitas belum lengkap nya kalau kita menunggu itu tidak akan pernah maju karena itu kemudian yang tertinggal kita percepat tapi yang depan juga biar segera mengejar ketertinggalan dengan negara negara lain yang maju," katanya.

Muhadjir mengatakan sulitnya soal HOTS, karena selama ini pembelajaran dan soal soal yang diterapkan berada di bawah Program for International Student Assessment, (PISA) . Selama ini di Indonesia masih menerapkan Low Order Thinking skill.

‎"Jadi kalau ibarat PISA menetapkan lompat 180cm, tapi kita hanya menetapkan siswa kita melompat 150 cm. Jadi ketika diminta melompat ke 180 cm enggak banyak yang bisa. Jadi ini bukan faktor siswa kita bodoh tapi selama ini kita menetapkan standar yang rendah," katanya.

Oleh karena itu menurut Muhadjir soal soal HOTS akan tetap dilanjutkan pada UN tahun berikutnya.

Bahkan persentase jumlah yang tergolong HOTS akan terus ditambah untuk sebagian siswa.

‎"Harus terus dilakukan kalau kita ingin segera melompat menyamakan capaian negara lain dengan PISA, itu kita harus memacu siswa kita untuk melompat lebih tinggi. Itu harus dilatih dengan melatih soal tingkat kesulitan tinggi. Mungkin tahun depan sudah 15 persen," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini