TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi VI DPR RI mengaku bingung dengan kembali menghangatnya isu satelit Telkom 1 yang mengalami anomali pada Agustus 2017.
"Nah itu (kembali dipersoalkan soal satelit Telkom 1) yang saya tidak mengerti, padahal masalah itu sekali lagi sudah selesai. Setahu saya saat satelit itu alami kerusakan, saat itu juga Telkom bergerak cepat. Mereka sanggup memenuhi target penyelesaian gangguan layanan. Bahkan, saya dengar banyak pihak yang memberikan apresiasinya. Kalau penanganannya buruk pada saat itu, pasti Telkom ditinggalkan pelanggannya," ungkap Ketua Komisi VI DPR Teguh Juwarno, kemarin
Menurutnya, penanganan Satelit Telkom-1 seperti dilihat publik tahun lalu, Telkom berhasil meminalisir dampaknya terhadap layanan pelanggan. "Para pengguna Satelit Telkom-1 pun yang umumnya dari kalangan perbankan saya amati dapat menerima dan memahami apa yang dilakukan Telkom. Jadi menurut saya persoalan Telkom-1 sudah selesai dengan baik tidak ada yang mempertanyakan lagi," tukasnya.
Sedangkan Anggota Komisi VI DPR RI, Bowo Sidik Pangarso meminta kepada pihak-pihak yang terus mempersoalkan keberadaan satelit telkom 1 yang alami kerusakan beberapa waktu lalu untuk tidak terlalu membesar-besarkannya.
"Masalah itu sudah selesai saya kira. Setahu saya saat alami kerusakan, saat itu juga Telkom bergerak cepat melakukan perbaikan (recovery). Dan hasilnya kan maksimal. Apalagi Telkom sudah berpengalaman mengelola satelit sejak tahun 1976. Tidak perlu lah dibesar-besarkan. Sudah selesai itu," tandas Politikus Golkar itu.
Dikatakannya, Telkom telah melakukan langkah-langkah antisipatif dan konkret dalam bisnis satelit. "Mereka akan luncurkan satelit Telkom 4 dan setahu saya satelit itu akan secepatnya beroperasi. Kalau tidak salah bulan Agustus ini. "Kalau untuk manufacturing-nya progresnya sudah 99% berdasarkan info yang saya dapat. Pabrik Space Systems Loral (SSL) bisa menyelesaikan lebih cepat dari jadwal malahan katanya," pungkas dia.
Sebelumnya, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebagai regulator di industri telekomunikasi menilai Telkom selalu patuh pada regulasi dalam pengelolaan satelit dan slot orbit yang diberikan pemerintah kepada operator itu.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kominfo Ismail, mengungkapkan sejauh ini sebagai regulator menilai Telkom dalam mengelola slot serta berbisnis transponder satelit sesuai dengan regulasi dan standar yang berlaku. Telkom bermain di bisnis satelit sejak 1976.
"Sejak pertama kali Telkom meluncurkan satelit, setahu kami Telkom selalu mematuhi regulasi yang ditetapkan baik ditingkat nasional maupun internasional. Mereka kelola dua slot orbit dan selalu melakukan perencanaan yang matang sejak pengadaan hingga dioperasionalkan" katanya kemarin.
Seperti diketahui, Telkom mulai bersiap untuk peluncuran satelit Telkom 4 atau satelit Merah Putih yang diperkirakan menelan investasi sebesar US$190 juta. Satelit Telkom 4 direncanakan membawa 60 transponder, sebanyak 36 transponder akan disewakan untuk kebutuhan domestik, sedangkan sisa 24 transponder akan dipasarkan untuk India.
Satelit Telkom 4 rencananya akan diluncurkan menggunakan Roket Falcon 9 milik perusahaan antariksa SpaceX dari Amerika Serikat ke slot orbit 108 Bujur Timur. Slot ini sebelumnya ditempati satelit Telkom 1.