TRIBUNNEWS.COM -- Aksi massa dua kubu dukungan terhadap calon presiden 2019 mendatang semakin kencang. Sebelumnya dua kubu ini bersaing dalam tanda pagar (tagar) di media sosial. Namun belakangan, aksi di media sosial akhirnya turun ke jalan.
Pekan lalu, dua kubu ini membentuk dua kelompok massa di Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau yang akrab dikenal car free day. Polisi sebelumnya telah meminimalisir bentrokan antara dua kubu ini dengan memisahkan titik kumpul keduanya.
Kubu bertagar #2019GantiPresiden yang mengenakan kaos hitam dan menginginkan adanya presiden baru di pilpres mendatang ini hanya difokuskan di sekitar Bundaran HI. Sementara kubu lainnya yang mendukung Presiden Joko Widodo tetap menjadi presiden RI dengan kaos bertagar #DiaSibukKerja berada di bilangan Monas.
Tetapi hal tak terduga terjadi. Beberapa orang mengalami intimidasi. Puncaknya yang menjadi viral dilakukan terhadap seorang ibu yang belakangan diketahui bernama Susi Ferawati dan anaknya. Sekelompok massa bertagar #2019GantiPresiden merisak Susi hingga membuat sang anak menangis. Kerasnya intimidasi terhadap oleh sekelompok oknum ini membuatnya melaporkan tindakan tersebut ke Polda Metro Jaya.
Namun tak hanya empati respon yang didapat Susi. Adalah Mustofa Nahrawardaya, seorang netizen dan relawan #2019GantiPresiden mengungkap hal mencurigakan. Menurutnya, aksi intimidasi yang dialami Susi dan sejumlah orang di car free day ini rekayasa dan sengaja dibuat untuk kepentingan sejumlah kalangan. Ia menemukan kode gelang yang dipakai sejumlah orang terkait aksi ini dan Video yang dipersiapkan khusus untuk merekam berbagai adegan intimidasi. Benarkah aksi ini hanya rekayasa?
Saksikan AIMAN dalam episode "Tudingan Kejanggalan di Insiden CFD" yang tayang pada Senin, 7 Mei 2018 pukul 20.00 WIB di KompasTV. (Chandra Kriftaningtyas/ KompasTV).