Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Peta persaingan calon presiden di Pilpres 2019 masih berkutat di antara nama presiden incumbent, Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Untuk memunculkan nama lain, setidaknya tokoh itu harus mempunyai tingkat keterpilihan (elektabilitas) sebesar 10 persen berdasarkan hasil survei.
Baca: Sempat Dinyatakan Hilang, Pendaki Gunung Ini Ditemukan Selamat
Pernyataan itu disampaikan Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana.
“Jadi, tampaknya kita lihat dalam beberapa bulan ke depan. Apakah ada pergerakan baru. Ya, artinya posisinya calon ini harus di atas 10 persen,” tutur Aditya, saat menghadiri acara penyampaian hasil survei Roda Tiga Konsultan di Jakarta Selatan, Kamis (10/5/2018).
Dia menilai, partai politik mempunyai orientasi pragmatis, di mana mencari kandidat calon presiden-wakil presiden yang mempunyai peluang untuk memenangkan pertarungan lebih tinggi.
Sehingga, dia menilai, upaya Partai Demokrat untuk mendorong poros ketiga, masih belum dapat terealisasi. Padahal, dia menilai, kehadiran poros ketiga dapat menghadirkan pilihan alternatif selain Jokowi dan Prabowo, sebagai bahan pertimbangan pemilih.
“Kalaupun mau dibuat dua atau tiga poros, balik ke popularitas kandidatnya,” tambahnya.
Apabila melihat hasil sejumlah lembaga survei, maka Joko Widodo berada dikisaran 50 persen, lalu Prabowo Subianto sekitar 22 persen, Agus Harimurti Yudhoyono sekitar 4 persen, sementara nama-nama lainnya masih berada di bawah kisaran 4 persen.