Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menanggapi adanya istilah baru, yaitu poros Mekah dan Poros Beijing, seperti yang menggambarkan situasi politik Indonesia saat ini.
Fadli mengatakan Indonesia terlalu dekat dengan negara tertentu, namun manfaat yang didapatkan tak sebanding.
Baca: Foto dengan Rizieq & Prabowo di Mekah, Amien Keluhkan Postingannya Dihapus Sepihak oleh Instagram
Adanya ketimpangan antara yang diberikan oleh bangsa Indonesia dengan kedekatan terhadap negara tertentu itu.
"Pak Rizal Ramli sendiri bilang, kita ini terlalu dekat dengan negara tertentu, tetapi manfaatnya tidak sebanding dengan kedekatan kita atau apa yang sudah kita berikan," kata Fadli di Masjid At-Tin TMII, Jakarta Timur, Minggu (17/6/2018).
Fadli juga mempersilakan untuk memaknai sendiri bagaimana maksud istilah tersebut.
"Silahkan ditafsirkan sendiri," katanya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu juga menyebut itu hanya istilah semata, dan menyebut bahwa semua orang yang beragama adalah umat, kecuali PKI yang tidak beragama.
"Itu hanya istilah lah ya, semua ini kita umat, namanya keumatan semuanya umat juga, kita kan beragama, kecuali PKI ya yang tidak beragama," tambahnya.
Baca: Kompak, Begini Jawaban Fadli Zon dan Zulhas Tanggapi SP3 Habib Rizieq
Sebelumnya, istilah poros Mekah dan poros Beijing pertama kali datang dari Sekjen Sekretaris Bersama (Sekber) Muhamad Idrus setelah bertemu dengan Rizieq Shihab di Mekah, Arab Saudi.
Poros pertama ia tendensikan kepada poros keumatan yang dihuni oleh Gerindra, PKS, dan PAN. Sementara poros Beijing dilekatkan pada pemerintah dan partai pendukungnya saat ini yang dianggap dekat dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan proyek besarnya, One Belt One Road (OBOR).