Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah lebih dari satu tahun kasus penyiraman air keras kepada penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan belum menemukan titik terang.
Ditemui usai salat zuhur di rumahnya di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Minggu (17/6/2018).
Novel bercerita bahwa dia pernah mendapatkan ancaman teror serius dari pelaku penyiraman air keras terhadap dirinya.
Baca: Ada Amari dan Andini yang Disiapkan untuk Fasilitasi Pemudik yang Tiba di Kampung Rambutan
"Ketika saya pulang dari Singapura tanggal 22 Februari untuk pengobatan pertama itu saya masih diancam kok. Pelakunya bilang ada di seberang rumah saya," ungkap Novel.
Untuk kasusnya itu, Novel meminta janji Presiden RI Joko Widodo untuk segera dapat mengungkap siapa pelakunya.
"Saya hormati Presiden sebagai Bapak Negara, harapan ada di pundak beliau. Sekarang tinggal beliau mau bertindak dengan sungguh-sungguh apa tidak," katanya.
Menurutnya, dengan bukti yang banyak, seharusnya pihak kepolisian sudah bisa mengungkap pelakunya sejak lama.
Namun, dia enggan menyebut polisi tidak serius menangani kasus penyerangan tersebut.
"Saya tidak mau mengatakan begitu (polisi tidak serius), saya juga menyidik. Ini berbahaya jika tidak diungkap. Anda bisa bayangkan seorang koruptor punya uang dan bisa gunakan uang, bisa saja terulang. Ini penting apalagi korupsi adalah hal yang banyak dilakukan," ujar Novel.
Diketahui, wajah Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal seusai menjalankan salat subuh di masjid dekat kediamannya, pada 11 April 2017 lalu.
Karena penyerangan tersebut, kondisi mata Novel rusak dan harus di operasi di rumah sakit di Singapura.