Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berkomentar mengenai poros Mekah dan poros Beijing, yang ramai beberapa waktu lalu.
Juru bicara PSI bidang kepemudaan, Dedek Prayudi memandang sebutan poros Mekah dan poros Beijing adalah sebuah framing untuk memainkan politisasi agama.
Baca: Kata Fadli Zon soal Poros Mekah dan Poros Beijing
"Menurut kami, ini adalah framing untuk membuat dikotomi menggunakan sentimen agama. Framing ini dibuat sebagai ruang untuk memainkan politisasi agama kedalam pemilu 2019," ujar Uki, sapaan akrab Dedek, dalam keterangan tertulis, Senin (18/6/2018).
Ia memprediksi politisasi agama akan mengarahkan masyarakat untuk memilih calon tertentu pada 2019 dengan label agama.
Bahkan, kata dia, publik nantinya akan diarahkan memilih calon tertentu dengan iming-iming pahala, atau tidak memilih calon tertentu dengan ancaman dosa.
Selain itu, ia menilai bahwa demokrasi yang maju merupakan demokrasi dimana pertarungan politik diisi oleh gagasan pembangunan bukan politisasi agama.
"Bagi kami sudah clear, bahwa agama jauh lebih mulia daripada sekedar alat kampanye partisan atau komoditas politik. Demokrasi yang maju dan modern adalah demokrasi yang menawarkan solusi dari permasalahan pembangunan bukan malah merendahkan posisi agama menjadi alat kampanye," jelas Uki.
Baca: Pesan Mendagri kepada Iriawan: Jangan Ada Poros-porosan
Lebih lanjut, Uki turut menyoroti korupsi ditubuh partai koalisi poros Mekah. Ia mengaku heran terhadap orang yang masih merasa hebat meski melakukan korupsi.
"Apalagi mereka yang menggunakan politisasi agama juga mereka-mereka yang kadernya terjerat korupsi. Akui saja, itu kader PKS terbukti disuap seseorang bernama Aseng. Masih korupsi kok merasa hebat mewakili umat?" tukas Uki.