Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Ferry Juliantono mengatakan sentimen ganti presiden 2019 meningkat di Pilkada Serentak 2018, sehingga suara pasangan calon yang didukung Partai Gerindra jadi terdongkrak seperti dalam pemilihan gubernur (pilgub) di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Bagi kami, Pilkada Serentak 2018, bagaimana mesin Partai Gerindra dan koalisi kami bekerja secara maksimal," ucap Ferry saat menjadi pemateri diskusi Polemik bertema 'Pilkada, Kotak Kosong dan Pilpres' di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (30/6/2018).
Misalnya di pilgub Jawa Barat, sebuah keberhasilan karena mendukung seorang kandidat yang tadinya memiliki tingkat popularitas rendah kurang dari 10 persen. Begitu pula yang terjadi di Jawa Tengah.
"Di Jawa Barat, Sudrajat-Syaikhu menghadapi Ridwan Kamil yang memiliki popularitas 70 persen ke atas. Di Jawa Tengah lebih tinggi lagi 80 persen," ujar Ferry.
Baca: Robot ROV Pemantau Bangkai Kapal dan Korban Tenggelam Terlilit Tali Kapal di Dasar Danau Toba
Ia mengatakan popularitas Sudrajat bisa terdongkrak karena memang calonnya baik dan ada upaya dari mesin Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN).
Kemudian di Jawa Tengah juga ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Ternyata itu tak mampu terekam lembaga survei. Margin error terjadi di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Jawa Barat rata-rata menempatkan Sudrajat paling tinggi 10 persen. Saya ingin tanya, kenapa hanya terjadi di Jawa Barat dan Jawa Tengah, sementara di provinsi lain angkanya lebih baik," ucapnya.
Kemudian ia mempertanyakan apakah kesalahannya ada di metodologi atau bukan.
"Bisa saja surveyor melakukan survei di satu minggu atau dua minggu terakhir jelang pencoblosan. Jadi pergerakan undecided voters mungkin satu hingga dua hari jelang pencoblosan. Kami ambil kesimpulan undecided voters mengambil keputusan ke pasangan yang kami dukung. Di situ ada sentimen ganti presiden," kata dia.