Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dengan suara parau dan lesu Wonni Fredi Nainggolan yang baru pulang tabur bunga di Danau Toba mengungkapkan kesedihannya karena pencarian Kapal Motor (KM) Sinar Bangun dihentikan, Selasa (3/7/2018).
Padahal sebelumnya ia masih berharap agar dapat melihat fisik jenazah 12 orang anggota keluarganya yang ikut tenggelam bersama KM Sinar Bangun di Danau Toba, Senin (18/6/2018) sekitar pukul 17.30 WIB lalu.
"Ya perasaan kita dari keluarga sedih. Ya gitu lah Pak. Kayak nggak nyata aja pas kita tabur bunga," kata Wonni saat dihubungi, Selasa (3/7/2018).
Baca: Ketua KPK Sebut Jokowi Setuju Pengesahan RUU KUHP Tidak Ada Batas Waktunya
Wonni mengatakan bahwa ia dan keluarga besar Nainggolan akan melakukan doa bersama dan mendiskusikan penghentian pencarian jenazah tersebut di salah satu rumah keluarganya yang juga hilang di Sionggang, Sumatera Utara pada Selasa (3/7/2018) malam.
Ketika ditanya tanggapannya, Wonni mengatakan secara pribadi setuju dengan apa yang dikatakan Ratna Sarumpaet di posko evakuasi KM Sinar Bangun Tigaras yang meminta pemerintah untuk pencarian jenazah masih tetap dilakukan, Senin (2/7/2018).
Baca: Mundurnya Moeldoko dari Hanura Tidak ada Kaitan Bursa Cawapres Jokowi
Namun, ia mengakui bahwa pemerintah juga telah bekerja maksimal dalam melakukan pencarian dan evakuasi korban.
"Tanggapan kita sama kayak Sarumpaet, kalau secara pribadi ya. Tapi kan kita juga lihat situasi. Kita juga nggak mau membesar-besarkan orang yang sudah hilang itu kan sudah maksimal. Cuma, alatnya itu ya," kata Wonni.
Wonni terdengar kesulitan menjawab ketika dimintai tanggapan keluarga besarnya terkait penghentian pencarian korban di Danau Toba.
Baca: Evakuasi KM Sinar Bangun Dihentikan, Fahri Hamzah Minta Jokowi Hubungi Putin untuk Pinjam Alat Ini
"Kalau dari keluarga besar ya kita sedikit so so (biasa saja-red) ya. Tapi ya begitulah. Susah ya mau bilangnya," kata Wonni.
Menurut Wonni yang sedang berada di Tigaras Sumatera Utara, alasan Basarnas menghentikan pencarian jenazah tersebut ada dua.
Pertama, peralatan yang digunakan tidak mungkin untuk mengangkat jenazah dan kapal yang tenggelam di titik 450 meter di bawah permukaan air Danau Toba.
Baca: Polisi Ringkus Pelaku Pembunuhan Wanita yang Mayatnya Ditemukan di Gudang
Kedua, jenazah yang tertangkap kamera dari robot Remotely Operated Vehicle (ROV) tidak mungkin diangkat.
"Satu, peralatan itu sudah nggak sampai. Pukat harimau itu sudah nggak mungkin lagi. Terus kalau dilihat dari foto-foto itu pengangkatan kapal itu tidak bisa," kata Wonni.
Karena itu, Wonni yang berangkat ke Tigaras dari rumahnya di Pondok Gede, Jakarta Timur pada Senin (2/7/2018) berencana pulang bersama istrinya, Rabu (3/7/2018).
Sementara itu, Bupati Samosir Rapidin Simbon mengatakan bahwa ia telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Koordinator Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Selasa (3/7/2018) di kantor Kementerian Koordinator Maritim Jakarta Pusat.
Dalam pertemuan tersebut ia mengatakan bahwa mereka membahas terkait pembenahan sistem manajemen transportasi di Danau Toba.
Ia mengatakan bahwa dalam pertemuan Luhut menegaskan akan membenahi seluruh pengelolaan manajemen kapal transportasi air.
Namun, ia menyangkal bahwa upaya pencarian korban telah dihentikan.
Ia mengatakan bahwa ada pengurangan tim evakuasi jenazah meski ia mengaku tidak tahu berapa banyak yang dikurangi.
Ia juga mengatakan bahwa saat ini robot Remotely Operated Vehicle (ROV) masih akan melakukan pemetaan Danau Toba selama dua bulan ke depan.
"Siapa bilang? Nggak. Masih terus. Tapi pengurangan pasukan ada," kata Rapidin di Kantor Kemenko Maritim Jakarta Pusat, Selasa (3/7/2018).
Namun, hingga berita ini turun, Kepala Basarnas Marsekal Muda TNI M Syaugi belum dapat dihubungi untuk dimintai konfirmasinya.