TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gempa berkekuatan 6,5 skala richter (SR) mengguncang Pulau Lombok pada, Minggu (29/7/2018) sekitar 6.47 WITA atau 5.47 WIB.
Pusat gempa dilaporkan berada di di Lombok Timur atau tepatnya di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Gempa ini juga menjadi wilayah ke Bali dan Sumbawa.
Akibat gempa ini, ribuan orang menjadi korban. Dilaporkan puluhan orang meninggal akibat gempa yang cukup dahsyat ini. Melihat kondisi ini, Syarikat Kebangkitan Pemuda Islam (SKPI) langsung menerjunkan bantuan ke lokasi gempa.
Sekrataris Jenderal (Sekjen) SKPI, Fauzan Rachmansyah mengatakan, beberap jam setelah gempa terjadi, SKPI langsung membuka posko dan memberikan bantuan beberapa tenda dan paket sembako kepada para korban dibeberapa wilayah di Lombok.
“Bantuan akan kami salurkan secara berkala,” katanya saat meninjau lokasi gempa di Lombok Timur, Minggu (29/7/2018).
Baca: 6.237 KK Terdampak Gempa Lombok
Fauzan melanjutkan, SKPI sebagai organisasi kepemudaan merasa prihatin ketika mendengar adanya bencana gempa di Pulau Lombok, dan langsung menggerakan bantuan dari Jakarta untuk masyarakat lombok dan korban.
“Saya prihatin dengan keadaan para keluarga korban, semoga mereka yang ditinggalkan tabah dalam menerima ujian dari Allah ini,” imbuhnya.
Politisi muda ini juga menyerukan agar seluruh elemen masyarakat memperhatikan para korban. “Sungguh terlalu jika pemimpin-pemimpin negeri ini masih bisa makan pagi enak tanpa memberikan perhatian kepada para korban gempa di Lombok,” tuturnya.
Dirinya berharap, seluruh pemimpin-pemimpin negeri, tokoh-tokoh nasional, pemuda-pemuda bangsa dan seluruh elemen masyarakat untuk memperhatikan korban gempa lombok. “Jangan biarkan mereka menderita,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk waspada terhadap ancaman gempa susulan meskipun dengan intensitas dan magnitude yang kecil.
"Hingga saat ini (pukul 15.00) telah terjadi 133 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR. Karenanya kami meminta masyarakat untuk tetap waspada namun tetap tenang dan jangan panik," ungkap Dwikorita, dalam keterangan tertulis.
Dwikorita juga meminta masyarakat untuk tidak mempercayai hoaks yang menyebar pasca gempa. Hingga saat ini, kata dia, BMKG terus memantau perkembangan gempa dari Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta.
"Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur dan hoaks, BMKG melalui akun Twitter @InfoBMKG akan terus menginformasikan perkembangan gempa," imbuhnya.