Dirjen Hortikultura Suwandi, menuturkan, kunci keberhasilan swasembada bawang merah yakni penataan dan penumbuhan sentra produksi yang tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa.
"Saat ini hamparan bawang merah dalam skala luas tak lagi hanya dijumpai di Brebes, Cirebon atau Nganjuk, tapi sudah menyebar di Solok, Bali, Bima, Sumbawa, Belu, Malaka, Maluku Tenggara, Enrekang, Tapin dan daerah lainnya," ungkap Suwandi saat berkunjung ke Lembah Gumanti Solok, Sabtu (4/8/2018).
"Solok kini menjelma menjadi kawasan produksi bawang merah terbesar di Sumatera dengan luas panen lebih dari 7.300 hektar/tahun. Khusus Kecamatan Lembah Gumanti saja mencapai 4.600 hektar lebih. Ini luar biasa. Kesuksesan Solok saat ini tak lepas dari peran kunci Mentan Amran dalam membangkitkan gairah petani setempat untuk memperluas areal tanam bawang merah, sejak 2016 lalu," ujar Suwandi.
Menanggapi itu, Senator asal Sumbar, Nofi Candra angkat bicara. "Sudah bertahun-tahun kami memperjuangkan agar Alahan Panjang mendapat perhatian khusus dari pemerintah, bukan sekedar pujian dan janji. Setahun lalu bahkan saya menemani para perwakilan petani Alahan Panjang bertemu menteri, tapi belum ada tindak lanjut sampai hari ini. Semoga kali ini Dirjen memberikan sesuatu yang berarti bagi Alahan Panjang," ujar Nofi.
Nofi berharap, Alahan Panjang tidak sekedar memproduksi bawang untuk kebutuhan lokal. Bagi petani, katanya, menjual bawang di tingkat lokal kurang menjanjikan karena kerab diterjang harga murah. Alahan Panjang harus pula menjadi zona produksi bawang untuk diekspor ke luar negeri, seperti yang baru-baru ini berhasil dilakukan Brebes.
"Solusi untuk tetap mendapat margin besar dari bertani bawang salah satu yang paling mungkin adalah dengan mengekspornya. Dengan eskpor bawang ke pasar luar negeri, petani bawang akan mendapat margin keuntungan yang pantas karena berkemungkinan harga akan sangat tinggi. Di laur negeri seperti Singapore, misalnya, daya beli masyarakatnya berkalilipat dibanding di sini, sehingga harga komoditas yang memiliki keunggulan komparatif seperti bawang sangatlah layak," ucap nofi.
Namun, menurut Nofi, untuk bisa sampai menghasilkan bawang yang akan diekspor tentu membutuhkan kebijakan khusus dan keberpihakan fiskal khusus, serta berbagai insentif-insentif khusus yang akan mendorong petani Alahan Panjang untuk bekerja lebih baik dan menghasilkan bawang dengan kualitas dunia. Tapi Nofi menyayangkan, pemerintah terlihat seperti setengah hati dalam membangun Alahan Panjang. Pemerintah datang, kemudian memuji dan berjanji, lalu tidaklanjutnya belum juga terlihat.
"Yang dibutuhkan Alahan Panjang adalah perangkat regulasi khusus dan keberpihakan fiskal khusus dari pemerintah pusat, agar Alahan Panjang makin bergairah untuk berproduksi. Saya mengusulkan agar status Kawasan Ekonomi Khusus Pertanian atau Agrobisnis disematkan ke kawasan Alahan Panjang, agar semua kebutuhan perangkat regulasi dan fiskal bisa diberikan," kata Nofi. (*)